Seram Timur,- Menyusuri perairan Seram Timur di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Provinsi Maluku bagi seorang pencinta alam, tentu merupakan sebuah petualangan yang mengasyikkan, Meski perairannya sering bergelombang pada musim-musim tertentu, namun eksistensi pulau-pulau kecil yang unik, selalu menggoda mata mata untuk tidak membuang pandangan.
Pulau-pulau kecil yang sebagian diantaranya tidak berpenghuni, berdiri tegar seolah tak terusik dengan deru gelombang yang kuat menyapu pada musim-musim tertentu. Salah satu pulau eksotis yang kaya akan hasil laut namun dijejali dengan pemukiman penduduk adalah Pulau Geser. Saking padatnya, pulau atol berbentuk piring ini sering dijuluki Singapura Kecil di kaki pulau Seram.
Sebagai kota tua yang puluhan tahun menjadi jantung perdagangan di semenanjung timur Pulau Seram, Geser menyimpan banyak cerita. Meskipun lalu lintas orang di lorong-lorong dan gang-gang saat ini tidak lagi seramai 15 tahun lalu sebelum Kabupaten SBT terbentuk, namun nama besar Geser tetap menjadi magnet bagi para pelancong atau petualang yang melakukan pelayaran di perairan seram timur.
Cerita tentang keelokan Pulau Geser sudah lama terdokumentasi. Ada cerita tentang keramat-keramat yang menjaga dan melindungi pulau terapung dari gelombang pasang, ada juga cerita tentang kenangan masa sekolah yang indah, di mana anak-anak sekolah berlarian ke laut, menceburkan diri usai jam belajar. Banyak juga cerita tentang pasir putih halus yang memamerkan keelokan surga wisata bahari tropis yang menggiurkan.
Seperti dituturkan Saif Rumata, warga lokal yang menghabiskan masa kecilnya di pulau terapung Geser. Meski saat ini keluarganya tidak lagi menetap di pulau atol, nyanyian nyiur melambai di tepi pantai berpasir putih halus selalu menggodanya untuk pulang kampung setiap datang Hari Raya Idul Fitri. Apalagi saat ini, di belakang pulau Geser yang di sebut Bas Buru yang dulunya terbenam, kini telah berubah menjadi padang pasir pasir putih seluas mata memandang.
“Waktu saya masih kecil, Bas Buru hanya muncul pada saat air laut surut, itu pun hanya sedikit, di sini banyak sekali ikan-ikan karang, sehingga sering dijadikan sebagai tempat memancing. Dulu kita melihat karang-karang putih menyembul bagai gunung dalam lautan karena airnya sangat jernih. Sekarang karang-karang itu sudah muncul ke permukaan dan membentuk pulau, tapi air laut di situ masih jernih seperti dulu,” ungkap Saif Rumata.
Meskipun kecil, pulau-pulau yang sebagian diantaranya tidak berpenghuni, menyimpan sumber daya perairan yang menjanjikan kesejahteraan. Ya, Kota terapung Geser memang menyimpan banyak rahasia alam yang belum tergali.
Potensi ini diperkaya dengan keramahtamahan penduduk lokal yang terbuka terhadap semua orang. Sebutan Singapura kecil di Laut Seram memang dianggap pas untuk Pulau Geser karena hampir tidak lagi ditemukan satu jengkal tanah pun yang tidak terisi pemukiman.
Saat ini, di Kota Geser sudah dapat disinggahi kapal Pelni. Banyak sekolah yang dibangun di sana, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah tinggi. Di sana sudah ada Puskesmas Perawatan yang dilengkapi dengan tenaga dokter dan petugas kesehatan.
Dan sebagai kota tua yang menjadi kiblat masyarakat Seram Timur di era 70-an, Geser telah dilengkapi dengan kantor unit metereologi dan geofisika, serta kantor-kantor pemerintahan lain. Banyak warga keturunan Tionghoa yang menetap, berkeluarga dan mengembangkan perekonomian di pulau matahari terbit.
Menurut sejarah, pada dekade 1960-an, Geser pernah menjadi daerah transit logistik bagi pasukan TNI merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Dari berbagai catatan yang terdokumentasi terungkap, di Pulau Geser terdapat dua suku budaya yang begitu terkenal, yakni suku Esiriun dan Siritaun. Kedua suku ini, selama tujuh abad selalu hidup berdampingan, meski keduanya memiliki wilayah kekuasaan masing-masing.
Suku Esiriun sepanjang sejarahnya di Pulau Geser menguasai wilayah daratan, sehingga mahir bercocok tanam, berdagang, dan memiliki warisan rempah-rempah seperti cengkeh. Sedangkan suku Siritaun, menurut catatan, mereka lebih menguasai lautan, mahir melaut, melestarikan terumbu karang, sampai ikut menjaga satwa bawah laut Geser.
Kedua suku ini memiliki bahasa yang sama yaitu Pakunu, namun berbeda dalam baju adat dan lambang kekuasaan. Siritaun dikenal dengan ikan khasnya yaitu Kubutangi. Ikan ini dipercaya tidak berada di wilayah lain kecuali di perarian Geser dan menjadi santapan utama mereka. Meski begitu, dengan bekal hidup berdampingan selama tujuh abad, suku Esiriun dan Siritaun saling mengenal dan berbagi dalam hal-hal positif.
Kedua suku ini juga terbuka dengan dunia luar dan menerima perkembangan zaman secara dinamis. Interaksi kedua suku ini dengan kaum pendatang juga intens. Pola hidup dengan interaksi dinamis ini lah yang membuat Geser memiliki daya pikat bagi para pelancong yang datang berkunjung.
Ada banyak sensasi yang bisa dinikmati di pulau eksotis Geser. Selain Bas Geser, hampir semua pesisir di pulau kecil yang jika dilihat dari ketenggian berbentuk huruf G ini, memiliki daya tarik wisata. Profil terumbu karangnya yang sebagiannya masih lestari, merupakan habitat terbaik bagi ikan-ikan karang.
Jadi, tunggu apa lagi. Ayo, bergegaskah ke pulau terapung Geser di perairan Seram Timur dan rasakan dahsyatnya memanggang kulit di bawah terik matahari Bas Buru sambil memancing ikan atau menyelami alam bawah lautnya yang indah mempesona.
Untuk ke Pulau Geser, anda harus mampir di Kota Ambon. Dari Pelabuhan Slamet Riyadi Kota Ambon, anda bisa memilih angkutan kapal cepat dengan tarif 200-an ribu dan lama perjalanan 18 jam. Anda juga bisa menggunakan jasa penerbangan udara ke Bandara Kufar sebelum beralih ke angkutan laut. (AL/WDA)
sumber :
http://dprd-serambagiantimur.go.id/wisata-unggulan/sensasi-bahari-di-pulau-eksotis-geser
Posting Komentar