Articles by "Travel"

SENANDUNG lagu dangdut terdengar dari balik deretan pohon cemara yang berdiri tegak menghadap Teluk Sesar di sebelah barat Bula, ibu kota Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Deringan gitar berpadu suara serak, mengantar beberapa bocah bergoyang. Tontonan itu ada di Pantai Gumumai suatu siang akhir Maret lalu. Syahbudin Suakur, pria yang kini berusia 72 tahun itu memainkan gitar tuanya untuk menghibur cucu-cucunya. 

Mereka menikmati liburan akhir pekan di pantai yang berjarak lebih kurang 3 kilometer dari Bula itu. Suasana pantai terasa asri, diterpa embusan angin sepoi-sepoi yang mengundang rasa kantuk. Seusai melantunkan lagu berirama dangdut, Syahbudin kembali memetik dawai gitarnya. Kali ini, iramanya lebih pelan. Ia menyanyikan lagu berjudul ”Bula”. Syair lagu itu mengisahkan kekejaman tentara Jepang terhadap warga pribumi, kala Jepang menduduki Bula ketika Perang Dunia Kedua. Tahun itu Syahbudin lahir, 1943. Gumumai adalah bahasa setempat, yang dalam bahasa Indonesia berarti ”Mari Berkumpul”, merupakan tempat istirahat bagi para pekerja romusa di antaranya ayah Syahbudin yang bernama Suakur. 

Di Pantai Gumumai mereka bersembunyi melepas kepenatan, setelah dipaksa bekerja memenuhi kebutuhan logistik perang tentara Jepang, terutama penyediaan pasokan bahan bakar. Di Bula terdapat puluhan tempat pengeboran minyak bumi. Ada ladang minyak tua yang sudah dieksploitasi sejak awal abad ke-20 oleh Belanda. Hingga kini, ladang itu masih berproduksi. ”Pantai Gumumai merupakan tempat peneduh sejak zaman penjajah,” ujar Syahbudin. Pantai Gumumai pada sore hari menjelang malam terasa lain. Deburan ombak Laut Seram mengejar puluhan ekor bangau yang mencari kepiting kecil di pasir. Saat air laut hendak menyentuh kaki-kaki panjang itu, burung-burung bangau serentak terbang. Ketika air laut bergerak surut, bangau-bangau kembali mendarat. Pelepas dahaga Selain menjadi oase bagi warga setempat, Pantai Gumumai juga seolah menjadi pelepas dahaga bagi tamu yang baru tiba di Bula, terutama yang menggunakan moda transportasi darat. Perjalanan darat memang cukup melelahkan bahkan menegangkan. 

Untuk mencapai Bula, tamu yang melewati Ambon menyeberang dengan Feri ke Waipirit, Kabupaten Seram Bagian Barat. Perjalanan kemudian dilanjutkan dari Waipirit menuju Bula, dengan melintasi Gunung Sawai Saleman yang oleh warga setempat dinamakan Gunung SS. Kelokan jalan yang berjumlah lebih dari 350, ditambah beberapa ruas yang rusak, mengocok perut sehingga mendorong rasa mual yang berujung muntah. Ketika melintasi ruas sempit bertepi jurang, penumpang memang harus tahan napas. Kondisi jalan seakan menegaskan keseraman Pulau Seram. Namun, derita perjalanan lintas pulau dengan luas 18.625 kilometer persegi itu, seakan terbayarkan saat mendatangi Pantai Gumumai. Gemulai daun-daun cemara seakan mengucap selamat datang kepada pengunjung ketika memasuki tempat itu. Kendati masih sepi dari wisatawan luar daerah, Pantai Gumumai tidak sepi menyajikan tontonan menawan. 

Pantai yang memiliki luas sekitar 30 hektar dan ditumbuhi lebih dari 2.000 pohon cemara itu kini menjadi wisata pantai favorit masyarakat setempat. Rindangnya pohon cemara menjadi peneduh di kala terik, dihiasi hamparan pasir hitam yang membentang sepanjang hampir 2 kilometer di kala surut, serta menyuguhkan kejar-kejaran antara ombak dan bangau di saat petang menjemput malam. Mengunjungi tempat itu tidak butuh biaya besar. Wisatawan yang menggunakan sepada motor cukup membayar Rp 3.000, sedangkan yang membawa masuk kendaraan roda empat dikenakan tarif Rp 7.000. Di sana tersedia 13 gazebo yang bisa dipakai berkumpul bagi pengunjung rombongan. 

Minimnya akses transportasi menuju Bula menyebabkan tempat itu belum diketahui banyak wisatawan terutama yang berasal dari luar Maluku. Hingga saat ini, belum ada pesawat komersil yang melayani penerbangan Ambon-Bula. Satu-satunya akses adalah jalur darat. Akibatnya, pengenalan wisatawan luar tentang lokasi wisata itu juga masih sangat kurang. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Seram Bagian Timur, gencar melakukan promosi. Setiap tamu daerah yang datang selalu di ajak ke pantai itu. Sementara untuk fasilitas penunjang terus disediakan pihak swasta. 

Di Bula terdapat satu hotel kelas melati dan lima penginapan. Menurut rencana, pemerintah akan bekerja sama dengan investor untuk mengembangkan Pantai Gumumai, agar lebih menarik. Setiap tahun diselenggarakan lomba dayung, yang oleh masyarakat setempat disebut arumbai manggurebe. Pertengahan tahun ini, pemerintah berencana akan mendatangkan banana boat untuk meramaikan wisata di Gumumai. Mari berkumpul di Pantai Gumumai. (Fransiskus Pati Herin)

sumber : https://travel.kompas.com/read/2015/07/03/145400527/Mari.Berkumpul.di.Pantai.Gumumai

Hallo para traveler! Apakah anda sudah memiliki rencana liburan? Atau masih bingung mau liburan kemana? Bagi yang suka pantai atau pecinta pantai (beach lovers) ini ada salah satu pantai yang sangat bagus, sejuk dan bersih namanya Gumumae Beach (Pantai Gumumae). Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya bersama keluarga berlibur ke Pantai Gumumae yang menjadi salah satu pantai favorit masyarakat di Ibu Kota Bula Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) pada liburan tanggal Satu Januari kemarin.

Semburat merah memancar dari kaki langit menjelang detik-detik terbenamnya matahari. Pantulan sinar kemerahan, menyentuh daun-daun cemara yang berbaris rapat di binbir pantai. Ketika sang surya membenamkan dirinya di ufuk barat, awan-awan yang memerah, mengantar perahu nelayan kembali ke darat. " Dengan judul Ketika Sang Surya Tenggelam di Pantai Gumumae itulah yang di kutip dari halaman web KBRN Bula oleh Abdullah Leurima, Reporter RRI Bula peraih Anugerah Pesona Bahari Indonesia 2016 (best of the best) dari Menteri Pariwisata RI.

Pantai Gumumae merupakan salah satu pantai yang terletak di Desa Sesar, Kecamatan Bula, Kabupaten SBT. Untuk bisa menikmati pesona Pantai Gumumae, para pengunjung harus melewati gerbang depan bertuliskan “Welcom to Gumamae” dan menyusuri jalan beraspal sepanjang 1,4 kilometer. dari jalan raya Kota Bula ke arah timur laut. Wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor maupun angkutan umum untuk mencapai lokasi Pantai Gumumae. Tidak lah sulit untuk mencapai lokasi wisata karena rute jalan yang dilalui mudah, beraspal dan banyak arah petunjuk ke Pantai Gumumae.

Setelah tiba di lokasi wisata, anda terlebih dahulu membeli karcis masuk yang harganya sangat ramah kantong, yaitu hanya Rp10.000 bagi kendaraan roda empat sedangkan roda dua Rp5.000 itu pun sudah termasuk biaya parkir. Setelah melewati pintu masuk pembayaran karcis, mata anda akan dimanjakan dengan pemandangan pohon kasuari laut (Casuarina equisetifolia) sepanjang jalan pantai tersebut.

Di Bula, Pantai Gumumae menjadi salah satu pantai paling favorit bagi masyarakat setempat khususnya Kabupaten SBT. Pantai ini sangat ramai dikunjungi para wisatawan lokal maupun nasional bahkan dari mancanegara pada akhir pekan atau libur panjang. Namun akan semakin ramai pada saat menjelang tahun baru tanggal 1 januari.

Pantai Gumumae terkenal dengan hamparan pohon kasuari laut yang menghiasi hampir seluruh tepi pantai. Tidak heran, dengan adanya pohon kasuari laut yang mengelilingi pantai membuat suasana di pantai ini semakin sejuk. Memang tidak banyak pantai yang memiliki karakter tersebut, sehingga Pantai Gumumae memiliki ciri khas tersendiri.

Di tepi pantai dibawah pohon kasuari terdapat beberapa tempat berteduh seperti gazebo yang memang dibangun pemerintah setempat untuk kenyamanan para wisatawan. Gazebo yang telah disediakan di pantai ini sangat bagus dan cukup luas. Sehingga para wisatawan dapat duduk santai, tiduran, bersenda gurau, makan cemilan di gazebo yang ada di pantai ini.

Anda juga dapat membawa bekal serta tikar dari rumah dan dimakan bersama keluarga dibawah pohon kasuari. Makan bersama keluarga dibawah pohon kasuari  memang sangat nikmat ditambah suasananya yang sejuk dengan udara yang segar.

Tidak begitu banyak peraturan di pantai ini asalkan tetap menjaga kebersihan sekitar pantai seperti membuang sampah setelah makan ke tempat sampah yang telah disediakan di sekitar lokasi wisata.

Pantai Gumumae memiliki pasir yang begitu halus yang terbentang sejauh 3,2 kilometer, dan menjadi salah satu permainan favorit para wisatawan karena mereka dapat bermain, menggambar dan menulis di pasir lalu memotretnya. Ombak di Pantai Gumumae tidak begitu besar, sehingga tidak berbahaya untuk para wisatawan baik dewasa maupun anak-anak untuk berenang ataupun snorkeling.

Apabila anda ingin berenang, di lokasi pantai sudah disediakan tempat untuk menyewa perlengkapan renang seperti ban pelampung. Bagi anda yang tidak suka berenang, anda dapat berjalan-jalan menyusuri pantai dengan menikmati angin semilir yang sejuk.

Pemerintah Kabupaten SBT sempat merenovasi pantai tersebut dengan membangun monumen dan lampu jalan menuju pantai pada saat Event Tour de Moluccas (TdM) pada September 2017 yang lalu  monumen dengan tulisan "Gumumae Beach" dan menjadi spot favorit untuk berfoto para wisatawan. Tak perlu khawatir jika anda lapar dan tidak membawa bekal dari rumah karena sudah banyak warung kecil di sekitar Pantai yang menjual makanan dan minuman seperti rujak, lontong, es kelapa muda dan makanan khas Kabupaten bertajuk Ita Wotu Nusa.

Di tengah teriknya matahari, rujak lontong yang lezat dan segarnya es kelapa muda sangat cocok untuk dinikmati. Harga makanan maupun minuman di lokasi wisata pun juga sangat bersahabat dengan kantong. Sehingga para wisatawan tetap dapat mencicipi jajanan khas Seram Bagian Timur sambil menikmati udara segar di tepi pantai.

Hal tersebut di ungkapkan Nur Rumodar, salah satu penjaga pintu masuk Pantai Gumumae yang di minta keterangannya pada saat liburan tahun baru  kemarin yang menjadi pilihan warga setempat yang mengisi liburan hari pertama tahun 2018.

“Sejak pagi hari warga sudah memadati pantai Gumumae, bahkan sejak malam pergantian tahun baru banyak warga yang sempat merayakannya di pantai ini,” Kata Nur Rumodar, saat di minta keterangannya pada hari pertama liburan tahun baru Senin (1/1/2018).

Menurut dia, pengunjung umumnya warga Bula, tetapi ada juga yang dari luar daerah. Karcis masuk objek wisata pantai Gumumae Rp 5.000 untuk kendaraan roda dua, sedangkan roda empat Rp 10.000.

“Rata-rata pengunjung adalah warga Kabupaten SBT serta wisatawan lokal dan nasional,” Kata Nur.

Objek wisata Pantai Gumumae di Kota Bula, Kabupaten SBT berhasil mencapai target Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ditetapkan oleh pemerintah setempat sebesar Rp10 juta per tahun.

“Sudah melebihi dari yang ditargetkan oleh pemerintah daerah Kabupaten SBT, Rp10 juta. Hingga September 2017 yang lalu sudah mencapai Rp11 juta, kami masih terus mengejar PAD yang lebih tinggi lagi,” Kata Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Seram Bagian Timur Ramli Keliobas di Bula, Jumat (05/01).

Jika dilihat dari pencapaian angka setoran PAD yang sudah melebihi target, kata dia, besar kemungkinan PAD Pantai Gumumae bisa mencapai 200 persen di setia akhir tahun.

“Saya perkirakan di setiap tahun baru PAD kita  bisa mencapai 200 persen karena akhir tahun biasanya sangat ramai pengunjung di pantai ini bahkan terlihat pada saat tanggal 1 Januari 2018 kemarin,” katanya.

Gumumae Beach terkenal dengan pasirnya yang halus dan terhampar memanjang, serta keindahan fenomena matahari terbenam di ufuk timur dan di hiasi ratusan pohon kasuari dan mangrove di seputaran pantai itu. Bagaimana dengan cerita pengalaman saya? Seru bukan? Jadikan Pantai Gumumae sebagai salah satu list liburan yang wajib anda kunjungi bersama keluarga, teman maupun pasangan.

 Penulis : Baim Abdullah Rumadaul
                  Dari Ufuk  Timur

Sumber : www.mediamaluku.com
http://atamainews.blogspot.com/2018/01/wisata-pantai-gumumae-ita-wotu-nusa.html

Payment for Ecosystem Services (PES) atau Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) merupakan skema yang mengharuskan pengguna suatu area tertentu membayar sejumlah nominal yang nantinya digunakan untuk melindungi dan mengelola kawasan tersebut dengan prinsip berkelanjutan. Dengan difasilitasi WWF-Indonesia, Petuanan Kataloka dan Jaringan Kapal Rekreasi Indonesia (Jangkar) menyepakati sistem PJL untuk membantu upaya konservasi perairan dan pesisir Petuanan Kataloka. Pemberlakuan PJL di Koon ini sudah dimulai sejak tanggal 29 Maret 2016 dengan menyasar kapal rekreasi (liveaboard) sebagai target awal. Dana yang diperoleh dari pembayaran tersebut akan dikelola oleh Lembaga Adat Wanu Atalo’a (Leawana) untuk kebutuhan konservasi, kebudayaan, dan pendidikan di wilayah Petuanan Kataloka. (Baca juga Pemanfaatan berbasis Hak Petuanan di Pulau Koon, Maluku).

Raja Kataloka memiliki Hak Petuanan Laut di 12 dusun di empat pulau: Pulau Koon, Grogos, Nukus, dan sebagian Pulau Gorom yang termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Seram Bagian Timur. Dari keempat pulau yang termasuk ke dalam Bentang Laut Inner Banda Arc (Inner Banda Arc Seascape) tersebut, WWF-Indonesia memfokuskan dampingannya di wilayah Pulau Koon dan perairannya sejak lima tahun lalu dengan mengawal program Marine Conservation Area (MCA) dengan tool Rights Based Management (RBM) di wilayah Petuanan Kataloka. (Baca juga Sumpah Adat Negeri Kataloka Untuk Jaga Keberlanjutan Kawasan Perairan Pulau Koon) Program tersebut dijalankan berdasarkan fakta bahwa perairan Koon merupakan salah satu daerah penyangga untuk kesediaan stok ikan di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir pun WWF-Indonesia memulai intervensinya dalam ranah pariwisata bahari yang bertanggung jawab di Koon, salah satunya dengan mengenalkan sistem PJL.

Mekanisme pembayaran jasa lingkungan di wisata bahari ini diharapkan membantu mempertahankan fungsi alami kawasan perairan dan pesisir Petuanan Kataloka dalam menyediakan sumber daya untuk keberlangsungan hidup. Leawana akan melakukan perlindungan kawasan di bawah koordinasi dan pendampingan Raja Petuanan Kataloka. Selama beberapa waktu ke depan, PT Samudera Ekowisata Indonesia (SEI), akan membantu Leawana dalam proses sosialisasi PJL ke kapal rekreasi yang masuk ke daerah tersebut. Jelajah Biru (kunjungi lamannya di http://jelajahbiru.com/), merek dagang dari PT SEI, pun bermitra dengan WWF-Indonesia dan sejumlah LSM lokal untuk mengembangkan potensi ekowisata bahari, salah satunya di Kepulauan Koon ini.

Wisata Bahari untuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat Sekitar

Sebelumnya, tidak pernah terpikirkan bahwa sektor pariwisata akan dapat mendatangkan benefit bagi masyarakat setempat, selain dari penangkapan ikan karang. Padahal, keindahan bawah laut memiliki potensi besar menjadi daya tarik utama Koon. Dalam setiap musim pelayaran, sejumlah kapal rekreasi membawa para wisatawan untuk menyelam di perairan Koon yang berarus kuat dan menantang. Biasanya kapal singgah selama satu hari di perairan Koon dalam rute mereka antara Sorong dan Banda. Jangkar, yang menaungi sejumlah kapal rekreasi yang melewati perairan Koon, telah menyatakan komitmennya untuk berkontribusi menjaga perairan kaya ini. Komitmen tersebut ditindaklanjuti dengan penyertaan Jangkar dalam proses sosialisasi dan pengembangan mekanisme PJL yang dilakukan Leawana, WWF-Indonesia dan PT SEI. Dari masukan yang diterima, disepakati pembayaran PJL bisa dilakukan melalui PT SEI yang telah memperoleh mandat dari Leawana. Hal ini akan  mempermudah proses pembayaran dan komunikasi mengingat sulitnya sinyal dan ketiadaan bank di wilayah Petuanan Kataloka. Besaran pembayaran jasa lingkungan untuk perairan dan pesisir Petuanan Kataloka dapat dicek di laman Jejalah Biru di Pembayaran Jasa Lingkungan untuk Konservasi di Petuanan Kataloka.

Pariwisata di Petuanan Kataloka akan terus berkembang dan dikembangkan. Tidak hanya wisata penyelaman di Pulau Koon. Misalnya saja, wisatawan juga dapat berkunjung ke Pulau Gorom dan menikmati resep keluarga Kerajaan Petuanan Kataloka serta trekkingdi kebun pala. Kunjungan wisatawan yang dikelola secara bertanggung jawab diharapkan mampu memberikan pemasukan alternatif bagi masyarakat yang memiliki keinginan untuk melindungi wilayahnya.

“Pemerintah Seram Bagian Timur mendukung sepenuhnya penyelenggaraan kepariwasataan yg di kelola dengan cara-cara arif. Perkembangan pariwisata perairan Koon akan membawa nama daerah kami di tingkat international,” ucap Sekretaris Daerah Seram Bagian Timur Syarif Makmur pada kegiatan Sosialisasi Pembiayaan Jasa Lingkungan di Denpasar, Bali pada 29 Maret 2016 lalu.

Penulis: Annisa S. Ruzuar (Responsible Marine Tourism and Sustainable Seafood Communication Advisor) dan Novita Eka Syaputri  (Sunda Banda Seascape Communication and Campaign Assistant)
sumber : https://www.wwf.or.id/?47922/Real-Contribution-for-Conservation

Tradisi masyarakat pesisir Maluku sangat kental dengan aktivitas bahari, jauh sebelum teknologi mesin modern menempel di perahu-perahu mereka, jauh sebelum itu mereka ber-panggayo dari satu tempat ke tempat lainnya. Masyarakat pesisir provinsi Maluku menyadari bahwa hanya 10% dari total luas daerah, dengan luas hampir 4 kali luas Pulau Jawa atau sebesar 580 ribu km2, yang merupakan daratan, sisanya adalah wilayah laut yang memiliki potensi luar biasa. Panggayo, atau dalam bahasa Indonesia berarti mendayung yang merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dan adaptasi masyarakat pesisir wilayah yang dikelilingi laut tersebut dalam menyambung rantai kehidupan mereka.

Sebesar 90% dari total luas daerah provinsi Maluku yang merupakan lautan, berarti sekitar 530 ribu km2, sedangkan daratan tersebar menjadi 559 pulau besar dan kecil yang mencapai total luas 54 ribu km2. Meski laut mendominasi wilayah provinsi Maluku, jumlah pemanfaatan dari sektor ini masih tergolong rendah. Terbukti hanya 2.7 juta USD dari total nilai ekspor yang mencapai 12.9 juta USD provinsi ini sepanjang Januari – Oktober 2011, merupakan hasil bahari seperti ikan dan udang dan itu berarti hanya sekitar 20 persen dari nilai keseluruhan ekspor. Potensi perikanan luar biasa tersebut masih belum mampu mendongkrak jumlah pemanfaatan yang optimal. 

Salah satu potensi perikanan yang luar biasa dari wilayah perairan Maluku adalah perairan sekitar Pulau Koon. Pulau kecil yang terletak di tenggara Pulau Seram yang berada langsung di tepian Laut Banda merupakan salah satu daerah habitat penting pemijahan ikan karang yang merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomi tinggi. Menurut hasil survei WWF, dan membandingkan dengan beberapa wilayah pemijahan perikanan di Indonesia timur lainnya, kawasan sekitar Pulau Koon diperkirakan sebagai area pemijahan ikan karang terbesar di kawasan Indonesia Timur.

Saat ini masyarakat yang dipimpin langsung oleh pemimpin adat dan pemangku kepentingan di wilayah Pulau Koon seperti Raja Kataloka, Bapak Ansar Wattimena, Kepala Dusun Grogos, Bapak Udin Rakhmat, sedang memulai inisiatif patroli untuk melindungi daerah tersebut. Pergerakan perlindungan area penting ini bahkan dipimpin langsung oleh Raja Kataloka dengan mengeluarkan ultimatum pada tanggal 24 Mei 2011 di Grogos yang berbunyi “Suka atau Tidak Suka, Koon Harus Dijaga Untuk Generasi Berikutnya”. Sementara itu Kepala Dusun Grogos memimpin langsung sebagai koordinator patroli yang sementara ini masih beranggotakan 2 orang.

Tugas yang diembankan kepada tim patroli tidak-lah mudah, mereka harus berhadapan langsung dengan masyarakat nelayan yang masih melakukan penangkapan ikan secara ilegal di kawasan Pulau Koon. Namun edukasi dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Tugas berikutnya adalah mensosialisasikan kawasan Pulau Koon sebagai zona inti kepada pelancong yang sering singgah, yang biasanya adalah kapal-kapal besar dari Bali yang melintas menuju kawasan Raja Ampat akan singgah di area Koon. Selain itu petugas patroli diharapkan dapat melakukan pencatatan dan survei terhadap setiap detil aktivitas di sekitar perairan tersebut seperti jumlah tangkapan nelayan, turis dan kapal-kapal yang melintas maupun yang singgah, serta pendataan zona penting lainnya.

Penduduk sekitar Pulau Koon ber-panggayo dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk dalam melindungi wilayah mereka. Mereka memahami bahwa laut dan kandungannya merupakan anugerah untuk masa depan yang harus dijaga mulai dari sekarang, dan dengan kearifan lokal masyarakat dan Kerajaan Gorom, serta dukungan Pemda Seram Bagian Timur yang menjadikan kawasan sekitar Pulau Koon sebagai kawasan pencadangan konservasi dengan SK 523/189/Kep/2011 tertanggal 1 Agustus 2011 maka dunia perikanan di Indonesia bagian timur sekali lagi masih memiliki titik cerah untuk memberikan sumbangsih terhadap perikanan secara optimal, khususnya Provinsi Maluku, dengan tetap bertahan dari aktivitas yang merusak serta tidak ramah lingkungan.

sumber : https://www.wwf.or.id/?24185/panggayo-ke-koon-maluku

Leawana (Lembaga Adat Wanu Atalo’a) yang didirikan oleh Raja Petuanan Kataloka kembali akan menggelar FESTIVAL KATALOKA. Petuanan Kataloka memiliki kekuasaan adat atas Pulau Nukus, Grogos, Koon dan sebagian Pulau Gorom di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku.

FESTIVAL KATALOKA merupakan hajatan masyarakat di Petuanan Negeri Kataloka, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku, yang dipimpin oleh Raja Kataloka. Tahun ini, FESTIVAL KATALOKA yang telah memasuki pagelaran tahun ke-3 akan mengangkat tema “Pesona Wisata Budaya Seram Bagian Timur” yang diselenggarakan tersebar di beberapa wanu (kampung).

Tak sekadar mementaskan aneka tarian, FESTIVAL KATALOKA juga menampilkan pameran baju-baju adat, benda-benda yang bernilai sejarah di kerajaan, serta diskusi budaya tentang sejarah budaya yang dimiliki oleh masing-masing desa yang masuk ke dalam Petuanan Kataloka.

FESTIVAL KATALOKA akan digelar pada 2-5 Desember 2017.

Agenda FESTIVAL KATALOKA 2017:
  • Belang (Pawai Perahu Tradisional)
Belang merupakan perahu tradisional dari Maluku, yang biasanya dihias dengan bendera dan atribut warna-warni. Pawai perahu ini dilakukan untuk menyambut tamu-tamu yang menghadiri FESTIVAL KATALOKA.
  • Penetapan Ngam
Ngam atau di Maluku lebih dikenal dengan istilah Sasi merupakan skema perlindungan sumber daya alam yang berbasis kearifan lokal. Dalam FESTIVAL KATALOKA ini, Raja Kataloka akan kembali menetapkan Ngam di Perairan Pulau Koon yang merupakan salah satu lokasi pemijahan ikan kakap terbesar di Indonesia Timur untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan di Petuanan Kataloka. 
  • Pameran Budaya dan Lingkungan
Pameran Budaya dan Lingkungan akan menampilkan benda-benda antik koleksi Negeri Kataloka, foto kekayaan bawah laut dan perjalanan konservasi di Kataloka, foto kuno Kataloka, produksi dan kuliner khas dari Negeri Kataloka dan sekitarnya, pameran pembangunan dari dinas di SBT.
  • Pentas Seni dan Pawai Budaya Lokal
Malam kesenian akan menampilkan berbagai tarian dan kesenian lainnya dari Negeri-negeri di Goran Riun dan Esi Riun, serta pemberian penghargaan kepada seniman-seniwati yang pernah menjadi duta seni Kataloka mewakili Maluku serta menampilkan hiburan dari artis lokal.

Pawai budaya akan dilaksanakan di darat dan laut dengan rute ketika Raja Jou Bessy bersama Sultan Nuku berperang melawan Belanda di Negeri Kataloka. Sebanyak lebih kurang 1.000 orang akan terlibat dalam pawai budaya. Seluruh peserta pawai budaya mengenakan baju adat Goran Riun.
  • Diskusi Budaya
Tema diskusi budaya adalah “Peran Adat di Era Globalisasi”. Keynote speech: Bapak Hilmar Farid ( Dirjen Kebudayaan RI)*

Gorom, Adat istiadat, lintas sejarah dan Petuanan:
  • Prof. Dr. Mus Huliselan
  • Prof. Dr. Tony Pariela
  • Raja Kataloka
  • WWF-Indonesia 
*masih menunggu konfirmasi
  • Tarian tradisional
Tarian tradisional pada FESTIVAL KATALOKA adalah Tari Bongkorey, Tari Perang, Tari Sawat, Tari Silat Jala, dan juga tari kolosal yang akan ditampilan pada acara pembukaan. Acara pembukaan diawali dengan prosesi pengibaran panji-panji kebesaran kerajaan Kataloka dan rencananya akan dibuka oleh Bapak Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI.
  • Aneka Lomba
Ada beberapa lomba yang akan diadakan pada FESTIVAL KATALOKA yaitu :
  • Tari sawat
  • Menyanyi lagu Gorom
  • Menggambar dan mewarnai dengan tema “Lautku”
  • Paduan suara ibu-ibu menyanyi lagu gorom
  • Pemilihan Ilar Ilwouw (putera-puteri) Kataloka 
  • Hanga Riribun
Hanga Riribun merupakan acara makan bersama seluruh masyarakat, Raja, dan juga semua tamu-tamu yang hadir pada Festival Kataloka. Makanan yang disajikan pada Hanga Riribun ini merupakan makanan tradisional yang sudah ada sejak dulu.

Penyelenggara
Leawana (Lembaga Adat Wanu Ata Lo’a) Negeri Kataloka bersama Bappeda Kabupaten Seram Bagian Timur, Kecamatan Pulau Gorom, dan WWF-Indonesia

sumber : /www.wwf.or.id

Bula,  Objek wisata yang satu ini, merupakan objek wisata alam yang sudah lama diminati masyarakat lokal. Tak hanya memancarkan aura keindahan dan kesejukan, namun lokasi ini juga menyimpan cerita batu peninggalan yang banyak diyakini mengandung nilai supranatural.
Selain merupakan tempat rekreasi yang menyenangkan, air panas di obyek wisata ini dipercaya berguna untuk penyembuhan berbagai penyakit kulit. Di lokasi ini terdapat kolam-kolam pemandian air panas. Bentuk kolamnya memang sederhana, dan di dalamnya ada gua dan bebatuan yang sangat indah alam yang ada di sekitarnya sangat asri bersanding dengan tebing-tebing yang ditumbuhi pepohonan. Dengan adanya perpaduan ini, suasana di air panas Nif kental dengan keasrian alaminya.
Berendam di dalam kolam air panas sungguh memberikan relaksasi yang luar biasa. Setelah berendam tubuh And diapstikan akan segar. Letih dan capek pun hilang seketika.
Objek wisata yang mulai di kenal oleh masyarakat luar sejak tahun 2010 yang lalu ini sangat diminati masyarakat karena menawarkan daya tarik tersendiri. Selain cocok untuk liburan keluarga, tempat ini juga cocok untuk sarana refreshing remaja dan anak-anak.
Akses menuju Air Panas Nif tidaklah sulit karena letaknya hanya berjarak sekitar kurang lebih 1 kilometer dari Jalan Lintas Seram. Bila Anda memulai dari Kota Bula jarak yang ditempuh sekitar 5 kilometer dan memakan waktu perjalanan lebih kurang 1 jam.
Anda yang ingin berkunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat. Panorama alam yang indah dan udara yang sejuk di sepanjang perjalanan menuju lokasi membuat perjalanan liburan anda menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Di Ibu Kota Kabupaten yang berjulukan kota minya ini, banyak dikenal dengan wisata budaya dan sejarahnya.Sseiring dengan munculnya peradaban besar di Kabupaten bertajuk Ita Wotu Nusa tersebut namun nilai-nilai kearifan lokal masih menempati urutan satu paling atas.
Terbentuknya Air Panas Nif diketahui karena terjadi fenomena alam. Tebing air panas Nif ini tersusun dari batu-batuan yang berwarna putih. Warna putih tersebut berasal dari hidrogen karbonat dan kalsium yang terkandung dalam air panas. Akibat kandungan dalam air panas yang selalu meningkat ini, lama-kelamaan lokasi keluarnya air panas ini membentuk lapisan kapur putih menyerupai air terjun beku.
Sementara situs wisata tebing sungai Nif ini mengandung air panas dan travertine, mineral karbonat yang ditinggalkan oleh air yang mengalir. Air panas sungai Nif seperti dikatakan, bahwasanya pengunjung dapat dengan mudah menemukan kolam air panas alami yang bisa digunakan untuk berendam. Salah satu tempat untuk beredam yang berada di tengah-tengah tebing yang sering di jadikan kolam renang kesehatan oleh pengunjung yang datang ke tempat ini.
Daya tarik wisata air panas nif yang paling kuat adalah tebing putihnya yang terbentuk dari kandungan air panas, yang kemudian membeku dan membentuk seperti air terjun beku. Kecantikan inilah yang sukses menjadikan sungai Nif (Air Panas Nif) sebagai tempat pemberhentian yang wajib para wisatawan nikmati. (WEB)
sumber
http://dprd-serambagiantimur.go.id/wisata-unggulan/air-panas-alami-dan-tebing-unik-menjulang-di-sbt/

Seram Timur,- Menyusuri perairan Seram Timur di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Provinsi Maluku bagi seorang pencinta alam, tentu merupakan sebuah petualangan yang mengasyikkan,  Meski perairannya sering bergelombang pada musim-musim tertentu, namun eksistensi pulau-pulau kecil yang unik, selalu menggoda mata mata untuk tidak membuang pandangan.
Pulau-pulau  kecil yang sebagian diantaranya tidak berpenghuni,  berdiri tegar seolah tak terusik dengan deru gelombang yang kuat menyapu pada musim-musim tertentu. Salah satu pulau eksotis yang kaya akan hasil laut namun dijejali dengan pemukiman penduduk adalah Pulau Geser. Saking padatnya, pulau atol berbentuk piring ini sering dijuluki Singapura Kecil di kaki pulau Seram.
Sebagai kota tua yang puluhan tahun menjadi jantung perdagangan di semenanjung timur Pulau Seram, Geser menyimpan banyak cerita.  Meskipun lalu lintas orang di lorong-lorong dan gang-gang saat ini tidak lagi seramai 15 tahun lalu sebelum Kabupaten SBT terbentuk, namun nama besar Geser  tetap menjadi magnet bagi para pelancong atau petualang yang melakukan pelayaran di perairan seram timur.
Cerita tentang keelokan Pulau Geser sudah lama terdokumentasi. Ada cerita tentang keramat-keramat yang menjaga dan melindungi pulau terapung dari gelombang pasang, ada juga cerita tentang kenangan masa sekolah yang indah, di mana anak-anak sekolah berlarian ke laut, menceburkan diri usai jam belajar.  Banyak juga cerita tentang pasir putih halus yang memamerkan keelokan surga wisata bahari tropis yang menggiurkan.
Seperti dituturkan Saif Rumata, warga lokal yang menghabiskan masa kecilnya di pulau terapung Geser. Meski saat ini keluarganya tidak lagi menetap di pulau atol, nyanyian nyiur melambai di tepi pantai berpasir putih halus selalu menggodanya untuk pulang kampung setiap datang Hari Raya Idul Fitri. Apalagi saat ini, di belakang pulau Geser yang di sebut Bas Buru yang dulunya terbenam, kini telah berubah menjadi padang pasir pasir putih seluas mata memandang.
“Waktu saya masih kecil, Bas Buru hanya muncul pada saat air laut surut, itu pun hanya sedikit, di sini banyak sekali ikan-ikan karang, sehingga sering dijadikan sebagai tempat memancing. Dulu kita  melihat karang-karang putih menyembul bagai  gunung dalam lautan karena airnya sangat jernih. Sekarang karang-karang itu sudah muncul  ke permukaan dan membentuk pulau, tapi air laut di situ masih jernih seperti dulu,” ungkap Saif Rumata.
Meskipun kecil, pulau-pulau yang sebagian diantaranya tidak berpenghuni, menyimpan sumber daya perairan yang menjanjikan kesejahteraan. Ya, Kota terapung Geser memang menyimpan banyak rahasia alam  yang belum tergali.
Potensi ini diperkaya dengan keramahtamahan penduduk lokal yang terbuka terhadap semua orang. Sebutan Singapura kecil di Laut Seram memang dianggap pas untuk Pulau Geser karena hampir tidak lagi ditemukan satu jengkal tanah pun yang tidak terisi pemukiman.
Saat ini,  di Kota Geser sudah dapat disinggahi kapal Pelni. Banyak sekolah yang dibangun di sana, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah tinggi. Di sana sudah ada  Puskesmas Perawatan yang dilengkapi dengan tenaga dokter dan petugas kesehatan.
Dan sebagai kota tua yang menjadi kiblat masyarakat Seram Timur di era 70-an, Geser telah dilengkapi dengan kantor unit metereologi dan geofisika, serta kantor-kantor pemerintahan lain. Banyak warga keturunan Tionghoa yang menetap, berkeluarga dan mengembangkan perekonomian di pulau matahari terbit.
Menurut sejarah,  pada dekade 1960-an, Geser pernah menjadi daerah transit logistik bagi pasukan TNI  merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Dari berbagai catatan yang terdokumentasi terungkap, di Pulau Geser terdapat dua suku budaya yang begitu terkenal, yakni suku Esiriun dan Siritaun. Kedua suku ini, selama tujuh abad selalu hidup berdampingan,  meski keduanya memiliki wilayah kekuasaan masing-masing.
Suku Esiriun sepanjang sejarahnya di Pulau Geser menguasai wilayah daratan, sehingga mahir bercocok tanam, berdagang, dan memiliki warisan rempah-rempah seperti cengkeh. Sedangkan suku Siritaun, menurut catatan, mereka lebih menguasai lautan, mahir melaut,  melestarikan terumbu karang, sampai ikut menjaga satwa bawah laut Geser.
Kedua suku ini memiliki bahasa yang sama yaitu Pakunu, namun berbeda dalam baju adat dan lambang kekuasaan. Siritaun dikenal dengan ikan khasnya yaitu Kubutangi. Ikan ini  dipercaya tidak berada di wilayah lain kecuali di perarian Geser dan menjadi santapan utama mereka. Meski begitu, dengan bekal hidup berdampingan selama tujuh abad,  suku Esiriun dan  Siritaun  saling mengenal dan berbagi dalam hal-hal positif.
Kedua suku ini juga terbuka dengan dunia luar dan menerima perkembangan zaman secara dinamis. Interaksi kedua suku ini dengan kaum pendatang juga  intens. Pola hidup dengan interaksi dinamis ini lah yang membuat Geser memiliki daya pikat bagi para pelancong yang datang berkunjung.
Ada banyak sensasi yang bisa  dinikmati di pulau eksotis Geser. Selain Bas Geser,  hampir semua pesisir di pulau kecil yang jika dilihat dari ketenggian berbentuk huruf G ini, memiliki daya tarik wisata. Profil terumbu karangnya yang  sebagiannya masih lestari, merupakan habitat terbaik bagi ikan-ikan karang.
Jadi, tunggu apa lagi. Ayo, bergegaskah ke pulau terapung Geser di perairan Seram Timur dan rasakan dahsyatnya memanggang kulit di bawah terik matahari Bas Buru sambil memancing ikan atau menyelami alam bawah lautnya yang indah mempesona.
Untuk  ke Pulau Geser, anda harus mampir di Kota Ambon. Dari Pelabuhan Slamet Riyadi Kota Ambon, anda bisa memilih angkutan kapal cepat  dengan tarif 200-an ribu dan lama perjalanan 18 jam. Anda juga bisa menggunakan jasa penerbangan udara ke Bandara Kufar sebelum beralih ke angkutan laut. (AL/WDA)
sumber :
http://dprd-serambagiantimur.go.id/wisata-unggulan/sensasi-bahari-di-pulau-eksotis-geser

Bula, - Walaupun dikenal sebagai kota minyak, Bula yang terletak di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Maluku punya pantai yang eksotis. Potensi wisata alamnya tak kalah dengan daerah dan pantai-pantai lain di Maluku.

Bula adalah kota yang terletak di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Maluku. Mungkin belum banyak yang tahu kota ini, atau bahkan mendengar namanya. Kota ini memang masih terbilang muda, umurnya baru 9 tahun.

Bula lebih dikenal sebagai daerah penghasil minyak. Namun sama halnya dengan daerah-daerah lain di Maluku, Bula juga punya tempat-tempat indah dan eksotis. Potensi wisata alamnya juga tidak kalah dengan wilayah-wilayah lain di Maluku.

Hanya saja, wisata alam di Bula belum sepenuhnya dikembangkan. Banyak pantai yang indah dan pulau kecil maupun besaryang tak berpenghuni. Mulai dari Pantai Engglas, Tanjung Sesar dan Pulau Karang Bais.

Karang Bais adalah pulau yang unik. Pulau ini adalah pulau kosong tanpa pohon dan penghuni. Jika air pasang, pulau ini tak akan terlihat karena tertutup air laut. Jadi, wisatawan harus menunggu air surut agar bisa berdiri di atas pulau itu.

Air yang jernih dan keindahan bawah lautnya membuat saya berdecak kagum. Untuk menuju pulau ini menggunakan speed boat, hanya dibutuhkan waktu 30 menit dari Pantai Bula. Indah!

sumber :
http://wisatagumumae.blogspot.com/2017/11/bula-sbt-kota-minyak-dengan-pantai.html

Bula SBT - Indonesia yang terdiri dari berbagai macam kepulauan, ternyata memiliki segudang keindahan wisata pantai yang tak jauh berbeda dengan “Maldives” yaitu terletak di Keabupaten Seram Bagian Timur, dengan berbagai macam tempat destinasi wisata dan yang membuat terpukau adalah tempat wisata pantai yang memiliki pasir putih, pantai yang biru dan jernih, wow pastinya dapat menghilangkan rasa penat setelah sibuk dengan hiruk pikuk keseharian dan tidak perlu jauh-jauh ke luar negri lagi ya sob, yuk simak berbagai keindahan wisata di indonesia bagian timur ini.
1. Gumumae Beach
Gumumae adalah bahasa setempat, yang dalam bahasa Indonesia berarti ”Mari Berkumpul”, untuk mengunjungi tempat ini tidak butuh biaya besar, menikmati liburan akhir pekan di pantai yang berjarak lebih kurang 3 kilometer dari Kota Bula.
Suasana pantai terasa asri, kiri kanan jalan terdapat pohon cemara, diterpa embusan angin sepoi-sepoi yang mengundang rasa kantuk. Pantai Gumumai atau gumumae Beach. Pantai yang memiliki luas sekitar 30 hektar dan ditumbuhi lebih dari 2.000 pohon cemara, kini menjadi wisata pantai favorit masyarakat setempat.
Pantai Gumumai terletak di kawasan Teluk Sesar, sehingga perairan terasa teduh. Setiap tahun diselenggarakan lomba dayung, yang oleh masyarakat setempat disebut arumbai manggurebe. Jangan bilang, kalau belum pernah berkunjung kepantai gumumae.
2. Wisata Pulau Geser
Pulau Geser merupakan pulau yang sejak zaman dahulu di jadikan sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, di kelilingi laut yang jernih dan eksotis dengan pasir putih yang terhampar luas.
Pulau ini terletak di sebelah timur Kota Bula SBT di kelilingi laut dan pulau-pulau kecil yang menyejukkan mata, pulau geser ini juga di sebut-sebut singapura kecil dan maldivesnya indonesia.
Sangat cocok untuk hiburan Anda sekeluarga selain memiliki lingkungan alam yang asri, di kawasan laut sekitar pulau ini juga memiliki potensi bawah laut yang eksotik. Melalui aktifitas snorkling dan diving, wisatawan akan menikmati semua pesona alam bawah laut itu.
3. Wisata ke Tanjung Sesar
Wisatawan yang sedang menikmati keindahan Pantai Englas, dapat mengarahkan pandangan ke sebelah barat, di sana tampak terbentang Tanjung Sesar dengan segala pesonanya.
Wisatawan domestik yang berkunjung ke sini biasanya menikmati ikan bakar hasil tangkapan sendiri dengan jaring yang disewa dari penduduk setempat.
Situasi dan kondisi alam yang asri, pohon pohon kelapa dan kasuaria yang tumbuh sepanjang pantai, dipastikan memberikan kesan yang damai dan tenang. Waktu tempuh dari Pantai Englas ke Tanjung Sesar + 15 menit.
4. Wisata ke Pulau Koon
Pulau ini berada di tengah lautan, perjalanan dari kota kecamatan Seram Timur, Geser, ke Pulau Kon + 2 jam menggunakan kapal motor. Selain memiliki lingkungan alam yang asri, di kawasan laut sekitar pulau ini juga memiliki potensi bawah laut yang eksotik.
Melalui aktifitas snorkling dan diving, wisatawan akan menikmati semua pesona alam bawah laut itu, sama dengan pesona yang ditemukan dalam pengalaman wisata di Pulau Karang Bais di Bula, maupun Danau Sole di Amasekaru.
5. Wisata ke Pantai Englas
Pantai Englas`terletak di sebelah Barat Kota Minyak Bula, oleh masyarakat di kecamatan ini, Pantai Englas dikenal sebagai pantai yang indah, berpasir putih dengan air lautnya yang jernih serta pemandangan alamnya yang eksotik.
Saat ini objek wisata Pantai Englas kerap digunakan sebagai tempat rekreasi, renang dan memancing. Bagi wisatawan yang sudah tiba di Kota Ambon, Pantai Englas bisa menjadi salah satu agenda tujuan wisata.
Menumpangi kapal Pelni Pangrango dengan biaya tiket Rp.150.000.- wisatawan sudah tiba di Kota Bula. Lama perjalanan dengan kapal ini 2 hari.
Wisatawan selanjutnya dapat memilih menginap untuk sementara di beberapa penginapan murah di Bula baru kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk menuju ke pantai ini. Menggunakan mobil sewaan atau motor, wisatawan tiba di Pantai Englas hanya dalam trempo 15 menit.
6. Wisata ke Pulau Karang Bais
Aktifitas wisata di Kota Minyak Bula mencapai klimaksnya manakala wisatawan mengunjungi Pulau Karang Bais. Pulau ini oleh masyarakat Bula disebut sebagai pulau sejuta pesona. Pulau tanpa pohon dan penghuni.
Pesonanya terletak pada keindahan potensi bawah lautnya, mulai dari hamparan beragam bentuk terumbu karang, ratusan jenis ikan berbagai bentuk, ukuran dan warna. Pulau Karang Bais, dapat dijangkau dengan menggunakan Speed Boat dari pantai Bula hanya dalam tempo 30 menit. – Danau Sole Danau Sole berada di Desa Amarsekaru, Kecamatan Pulau Gorom. Objek wisata Danau Sole ini sesungguhnya sudah dikenal di seluruh dunia.
Wisatawan mancanegara sangat sering berkunjung ke danau air laut ini melalui perjalanan panjang dari negara mereka menggunakan kapal pesiar.
Sumber: 
http://www.serambagiantimurkab.go.id/berita-ini-dia-6-destinasi-wisata-di-seram-bagian-timur.html

KBRN, Bula: Melepaskan kepenatan di pantai sambil menghirup aroma angin laut yang segar, pastinya merupakan sesuatu hal yang menyenangkan. Berjemur di pasir putih, berenang sambil menyelami keindahan surga bawah laut, bagi kebanyakan orang tentunya merupakan sensasi wisata yang menarik. Salah satu objek wisata bahari yang menawarkan sensasi seperti itu adalah Pulau Akat di Kecamatan Tutuktolu Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Provinsi Maluku. Pulau Akat adalah satu-satunya pulau kecil yang menyembul di perairan Tutuktolu, tak jauh dari wilayah pesisir. Kendati tidak dihuni, pulau kecil seluas tiga kali lapangan sepakbola ini didominasi tanaman kelapa yang ditanam masyarakat pesisir. Pulau yang berhadapan dengan pelabuhan alam peninggalan Belanda yang dialihfungsikan menjadi dermaga ini, menjadi tempat persinggahan nelayan sepulang dari melaut.

 Bagi masyarakat Tutuktolu, Pulau Akat adalah pulau harapan. Pulau ini diberi nama Akat karena disuksesi oleh populasi tanaman mangrove jenis Avecinia sp yang akarnya mencuat dari lumpur pasir. Karena dihuni komunitas hutan mangroveyang padat dan rapat, sumber daya ikan yang terdapat di sekitar perairan ini sangat berlimpah dan beragam. Pasirnya yang berwarna putih halus, menyajikan panorama wisata bahari yang mempesona. Azis Alzubaidy adalah warga Kampung Danama yang kepincut dengan keindahan Pulau Akat. Kendati saat ini, aktivitasnya lebih banyak dihabiskan di luar daerah, kerinduannya terhadap panorama alam yang tersaji di pulau matahari terbit ini tak pernah dilupakan. Dulu waktu masih duduk di bangku SMP, Azis Alzubaidy memang sering diajak sang paman menjaring ikan di sekitar perairan Pulau Akat sehingga kerinduannya terhadap pulau tersebut takan pernah tergantikan. Menurut Azis, Pulau Akat memiliki keindahan alam yang indah. Profil pantainya yang berpasir putih halus dan dikelilingi terumbu karang indah, sangat cocok untuk kegiatan snorkeling maupun diving. Di pulau ini terdapat banyak pepohonan kelapa yang ditanam masyarakat, termasuk Pala. Populasi tanaman mangrove jenis Aveccinia terkonsentrasi di bagian pesisir yang menghadap laut lepas. “Pulau Akat juga memiliki keindahan bawah laut yang masih alami. Terumbu karangnya masih utuh sehingga cocok untuk aktivitas diving, snorkeling atau memancing ikan-ikan karang. Di sini kita bisa menikmati keindahan matahari terbit yang muncul dari kaki langit,” ungkap Azis Alzubaidy kepada RRI di Bula, Rabu (9/11/2016). Menurutnya, berdasarkan cerita orang tetua, pulau kecil ini disebut Pulau Akat karena pulau tersebut disuksesi populasi tanaman mangrove yang dalam bahasa tanah atau bahasa adat Seram Timur disebut Akat. Jenis tanaman pantai ini, umum ditemukan dalam jumlah besar di wilayah pesisir Tutuktolu. “Sejak dulu masyarakat di kampung-kampung pesisir Tutuktolu telah melakukan aktivitas berkebun di pulau itu. Kampung-kampung itu antara lain, Kilbat, Sesar, Air Kasar dan Waras Waras.

 Selain berkebun, para nelayan setiap hari melakukan aktivitas pancing di sana karena menurut mereka sumber daya ikan di perairan sekitar Pulau Akat sangat banyak dan beragam,” ujar Azis. Saat ini, kata Azis, beberapa sarana prasarana wisata sudah dibangun di Pulau Akat, diantaranya walang atau gazebo dan jembatan kayu berukuran kecil. Sarana prasarana ini dibangun oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Seram Bagian Timur.Meski demikian, minta masyarakat untuk datang berkunjung ke pulau ini masih sedikit akibat ketiadaan sarana transportasi. Menurut Azis Alzubaidy, potensi perikanan dan pariwisata di Kabupaten Seram Bagian Timur sangat menjanjikan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Sayangnya, potensi ini belum dilirik pemerintah daerah sebagai sektor unggulan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Alih-alih membangun infrastruktur wisata, pemerintah daerah justru terkesan menelantarkan objek-objek wisata yang tersebar di hampir semua wilayah pesisir. “Kita memiliki tempat-tempat indah yang banyak, beragam spesies ikan yang melimpah. Namun hingga saat ini tidak dapatdikelola dengan baik. Jika saja pemerintah daerah dan dinas terkait serius untuk mengeksplorasi danmengeksploitasisumber kekayaan yang kita miliki maka negeri ini akan jauh lebih baik dan mampu berdiri sejajar dengan daerah-daerahlainnya di Maluku,” ujar Azis Wisata mangrove Pulau Akat di Kecamatan Tutuktolu sejatinya harus proyeksikan sebagai pintu masuk menuju objek wisata pulau-pulau kecil yang berserakan di perairan Seram Timur, Gorom dan Wakate.

 Posisinya yang berdekatan dengan BandarUdara Buak Uriti Kufar dan Dermaga Air Kasar, sangat potensial untuk dijadikan sebagai daerah transit turis menuju Pulau Geser, Neiden, Nukus, Koon dan Gorom – Wakate. Tinggal sekarang menunggu itikad baik pemerintah daerah membangun infrasruktur wisata atau membiarkannnya terlantar tanpa sentuhan apa pun. Yang pasti, wisata mangrove Pulau Akat dan pulau-pulau kecil di semenanjung Seram Timur menyajikan eko turisme yang berbeda dan menyegarkan sehingga patut dikunjungi. (AL/AKS) Sumber : rri.co.id, wisata gumumae

alistarbot

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget