Articles by "Budaya"

SENANDUNG lagu dangdut terdengar dari balik deretan pohon cemara yang berdiri tegak menghadap Teluk Sesar di sebelah barat Bula, ibu kota Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Deringan gitar berpadu suara serak, mengantar beberapa bocah bergoyang. Tontonan itu ada di Pantai Gumumai suatu siang akhir Maret lalu. Syahbudin Suakur, pria yang kini berusia 72 tahun itu memainkan gitar tuanya untuk menghibur cucu-cucunya. 

Mereka menikmati liburan akhir pekan di pantai yang berjarak lebih kurang 3 kilometer dari Bula itu. Suasana pantai terasa asri, diterpa embusan angin sepoi-sepoi yang mengundang rasa kantuk. Seusai melantunkan lagu berirama dangdut, Syahbudin kembali memetik dawai gitarnya. Kali ini, iramanya lebih pelan. Ia menyanyikan lagu berjudul ”Bula”. Syair lagu itu mengisahkan kekejaman tentara Jepang terhadap warga pribumi, kala Jepang menduduki Bula ketika Perang Dunia Kedua. Tahun itu Syahbudin lahir, 1943. Gumumai adalah bahasa setempat, yang dalam bahasa Indonesia berarti ”Mari Berkumpul”, merupakan tempat istirahat bagi para pekerja romusa di antaranya ayah Syahbudin yang bernama Suakur. 

Di Pantai Gumumai mereka bersembunyi melepas kepenatan, setelah dipaksa bekerja memenuhi kebutuhan logistik perang tentara Jepang, terutama penyediaan pasokan bahan bakar. Di Bula terdapat puluhan tempat pengeboran minyak bumi. Ada ladang minyak tua yang sudah dieksploitasi sejak awal abad ke-20 oleh Belanda. Hingga kini, ladang itu masih berproduksi. ”Pantai Gumumai merupakan tempat peneduh sejak zaman penjajah,” ujar Syahbudin. Pantai Gumumai pada sore hari menjelang malam terasa lain. Deburan ombak Laut Seram mengejar puluhan ekor bangau yang mencari kepiting kecil di pasir. Saat air laut hendak menyentuh kaki-kaki panjang itu, burung-burung bangau serentak terbang. Ketika air laut bergerak surut, bangau-bangau kembali mendarat. Pelepas dahaga Selain menjadi oase bagi warga setempat, Pantai Gumumai juga seolah menjadi pelepas dahaga bagi tamu yang baru tiba di Bula, terutama yang menggunakan moda transportasi darat. Perjalanan darat memang cukup melelahkan bahkan menegangkan. 

Untuk mencapai Bula, tamu yang melewati Ambon menyeberang dengan Feri ke Waipirit, Kabupaten Seram Bagian Barat. Perjalanan kemudian dilanjutkan dari Waipirit menuju Bula, dengan melintasi Gunung Sawai Saleman yang oleh warga setempat dinamakan Gunung SS. Kelokan jalan yang berjumlah lebih dari 350, ditambah beberapa ruas yang rusak, mengocok perut sehingga mendorong rasa mual yang berujung muntah. Ketika melintasi ruas sempit bertepi jurang, penumpang memang harus tahan napas. Kondisi jalan seakan menegaskan keseraman Pulau Seram. Namun, derita perjalanan lintas pulau dengan luas 18.625 kilometer persegi itu, seakan terbayarkan saat mendatangi Pantai Gumumai. Gemulai daun-daun cemara seakan mengucap selamat datang kepada pengunjung ketika memasuki tempat itu. Kendati masih sepi dari wisatawan luar daerah, Pantai Gumumai tidak sepi menyajikan tontonan menawan. 

Pantai yang memiliki luas sekitar 30 hektar dan ditumbuhi lebih dari 2.000 pohon cemara itu kini menjadi wisata pantai favorit masyarakat setempat. Rindangnya pohon cemara menjadi peneduh di kala terik, dihiasi hamparan pasir hitam yang membentang sepanjang hampir 2 kilometer di kala surut, serta menyuguhkan kejar-kejaran antara ombak dan bangau di saat petang menjemput malam. Mengunjungi tempat itu tidak butuh biaya besar. Wisatawan yang menggunakan sepada motor cukup membayar Rp 3.000, sedangkan yang membawa masuk kendaraan roda empat dikenakan tarif Rp 7.000. Di sana tersedia 13 gazebo yang bisa dipakai berkumpul bagi pengunjung rombongan. 

Minimnya akses transportasi menuju Bula menyebabkan tempat itu belum diketahui banyak wisatawan terutama yang berasal dari luar Maluku. Hingga saat ini, belum ada pesawat komersil yang melayani penerbangan Ambon-Bula. Satu-satunya akses adalah jalur darat. Akibatnya, pengenalan wisatawan luar tentang lokasi wisata itu juga masih sangat kurang. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Seram Bagian Timur, gencar melakukan promosi. Setiap tamu daerah yang datang selalu di ajak ke pantai itu. Sementara untuk fasilitas penunjang terus disediakan pihak swasta. 

Di Bula terdapat satu hotel kelas melati dan lima penginapan. Menurut rencana, pemerintah akan bekerja sama dengan investor untuk mengembangkan Pantai Gumumai, agar lebih menarik. Setiap tahun diselenggarakan lomba dayung, yang oleh masyarakat setempat disebut arumbai manggurebe. Pertengahan tahun ini, pemerintah berencana akan mendatangkan banana boat untuk meramaikan wisata di Gumumai. Mari berkumpul di Pantai Gumumai. (Fransiskus Pati Herin)

sumber : https://travel.kompas.com/read/2015/07/03/145400527/Mari.Berkumpul.di.Pantai.Gumumai

Tour de Moluccas (TdM) menjadi pembuka promosi pariwisata di Provinsi Maluku. Salah satunya adalah promosi Seram bagian Timur.
Ibukota Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Bula, menjadi titik awal etape ketiga Tour de Moluccas 2017, yang finis di Kota Wahai, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (20/9) pagi. Sebelumnya, Selasa (19/9) malam, para pebalap menyelesaikan etape kedua di kota terbesar di Kabupaten Seram Bagian Utara tersebut.
Demi menyukseskan TdM 2017, Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) membenahi salah satu objek wisata unggulan di Bula, Pantai Gumumae, yang menjadi titik start etape ketiga. TdM 2017 menjadi kesempatan Pemkab SBT untuk mempromosikan berbagai destinasi pariwisata unggulan di SBT. 
Menurut Bupati SBT, Abdul Mukti Keliobas, ditunjuknya Seram Bagian Timur sebagai salah satu bagian dalam rute balap sepeda TdM 2017 merupakan berkah tersendiri. Kegiatan ini menjadi momentum buat Pemkab SBT untuk mempromosikan dan mengenalkan objek wisata andalan di kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku Tengah tersebut.
Selain Pantai Gumumae, SBT memang memiliki objek wisata unggulan lainnya, seperti Taman Laut Koon, Pulau Geyzer di gugusan kepulauan Seram Laut, dan Danau Soli. Pun dengan potensi pariwisata berupa sumber mata air panas di tebing Nif. "Event ini adalah pintu masuk kami untuk mempromosikan pariwisata. Untuk itu, pemerintah dan warga Seram Bagian Timur memberikan antusias luar biasa terhadap event ini. Untuk itu, kami benar-benar serius dan kami merasa harus sukses di Kabupaten Seram Bagian Timur dibanding di kabupaten lain," kata Abdul Mukti kepada wartawan.
Abdul berharap, TdM dapat menjadi agenda pariwisata tahunan dan SBT menjadi salah satu lokasi lomba sepeda berskala internasional tersebut. Selain itu, dengan kesuksesan penyelenggaraan TdM 2017 di SBT, lanjut Abdul Mukti, bukan tidak mungkin SBT akan kembali menjadi tujuan rute TdM pada penyelenggaraan tahun-tahun berikutnya, ataupun menjadi tempat penyelenggaraan event-event besar, baik bertaraf nasional maupun internasional. "Karena saya sangat mengharapkan tahun depan, ajang ini bisa kembali diadakan dan menjadikan Bula sebagai salah satu tujuan rute. Kami akan selalu menyambut baik event-event besar semacam ini demi mengangkat daerah kami," ujar Abdul Mukti.
Selama lima hari, 18 hingga 22 September, Pemerintah Provinsi Maluku bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata menggelar ajang balap sepeda berskala internasional, Tour de Moluccas (TdM). Kegiatan olahraga berbasis pariwisata ini menjadi event balap sepeda berskala internasional pertama yang digelar di Provinsi Maluku. TdM 2017 akan melintasi tiga kabupaten di Pulau Seram dan satu kota di Pulau Ambon, dan terbagi dalam lima etape. Empat etape akan digelar di Pulau Seram, dan satu etape bakal dilaksanakan di Pulau Ambon, tepatnya di Kota Ambon. Sejumlah rute dalam lomba tersebut akan melewati berbagai objek wisata, seperti Pantai Namalutu dan Pantai Gumumae. Selain itu, sejumlah etape di lomba ini juga bakal melewati tepi pantai dan pesisir di sepanjang Pulau Seram, serta mengitari Kota Ambon.

sumber :
https://www.republika.co.id/berita/olahraga/arena-olahraga/17/09/21/owmpk8370-tdm-2017-sebagai-promosi-pariwisata-seram-bagian-timur

Tradisi masyarakat pesisir Maluku sangat kental dengan aktivitas bahari, jauh sebelum teknologi mesin modern menempel di perahu-perahu mereka, jauh sebelum itu mereka ber-panggayo dari satu tempat ke tempat lainnya. Masyarakat pesisir provinsi Maluku menyadari bahwa hanya 10% dari total luas daerah, dengan luas hampir 4 kali luas Pulau Jawa atau sebesar 580 ribu km2, yang merupakan daratan, sisanya adalah wilayah laut yang memiliki potensi luar biasa. Panggayo, atau dalam bahasa Indonesia berarti mendayung yang merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dan adaptasi masyarakat pesisir wilayah yang dikelilingi laut tersebut dalam menyambung rantai kehidupan mereka.

Sebesar 90% dari total luas daerah provinsi Maluku yang merupakan lautan, berarti sekitar 530 ribu km2, sedangkan daratan tersebar menjadi 559 pulau besar dan kecil yang mencapai total luas 54 ribu km2. Meski laut mendominasi wilayah provinsi Maluku, jumlah pemanfaatan dari sektor ini masih tergolong rendah. Terbukti hanya 2.7 juta USD dari total nilai ekspor yang mencapai 12.9 juta USD provinsi ini sepanjang Januari – Oktober 2011, merupakan hasil bahari seperti ikan dan udang dan itu berarti hanya sekitar 20 persen dari nilai keseluruhan ekspor. Potensi perikanan luar biasa tersebut masih belum mampu mendongkrak jumlah pemanfaatan yang optimal. 

Salah satu potensi perikanan yang luar biasa dari wilayah perairan Maluku adalah perairan sekitar Pulau Koon. Pulau kecil yang terletak di tenggara Pulau Seram yang berada langsung di tepian Laut Banda merupakan salah satu daerah habitat penting pemijahan ikan karang yang merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomi tinggi. Menurut hasil survei WWF, dan membandingkan dengan beberapa wilayah pemijahan perikanan di Indonesia timur lainnya, kawasan sekitar Pulau Koon diperkirakan sebagai area pemijahan ikan karang terbesar di kawasan Indonesia Timur.

Saat ini masyarakat yang dipimpin langsung oleh pemimpin adat dan pemangku kepentingan di wilayah Pulau Koon seperti Raja Kataloka, Bapak Ansar Wattimena, Kepala Dusun Grogos, Bapak Udin Rakhmat, sedang memulai inisiatif patroli untuk melindungi daerah tersebut. Pergerakan perlindungan area penting ini bahkan dipimpin langsung oleh Raja Kataloka dengan mengeluarkan ultimatum pada tanggal 24 Mei 2011 di Grogos yang berbunyi “Suka atau Tidak Suka, Koon Harus Dijaga Untuk Generasi Berikutnya”. Sementara itu Kepala Dusun Grogos memimpin langsung sebagai koordinator patroli yang sementara ini masih beranggotakan 2 orang.

Tugas yang diembankan kepada tim patroli tidak-lah mudah, mereka harus berhadapan langsung dengan masyarakat nelayan yang masih melakukan penangkapan ikan secara ilegal di kawasan Pulau Koon. Namun edukasi dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Tugas berikutnya adalah mensosialisasikan kawasan Pulau Koon sebagai zona inti kepada pelancong yang sering singgah, yang biasanya adalah kapal-kapal besar dari Bali yang melintas menuju kawasan Raja Ampat akan singgah di area Koon. Selain itu petugas patroli diharapkan dapat melakukan pencatatan dan survei terhadap setiap detil aktivitas di sekitar perairan tersebut seperti jumlah tangkapan nelayan, turis dan kapal-kapal yang melintas maupun yang singgah, serta pendataan zona penting lainnya.

Penduduk sekitar Pulau Koon ber-panggayo dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk dalam melindungi wilayah mereka. Mereka memahami bahwa laut dan kandungannya merupakan anugerah untuk masa depan yang harus dijaga mulai dari sekarang, dan dengan kearifan lokal masyarakat dan Kerajaan Gorom, serta dukungan Pemda Seram Bagian Timur yang menjadikan kawasan sekitar Pulau Koon sebagai kawasan pencadangan konservasi dengan SK 523/189/Kep/2011 tertanggal 1 Agustus 2011 maka dunia perikanan di Indonesia bagian timur sekali lagi masih memiliki titik cerah untuk memberikan sumbangsih terhadap perikanan secara optimal, khususnya Provinsi Maluku, dengan tetap bertahan dari aktivitas yang merusak serta tidak ramah lingkungan.

sumber : https://www.wwf.or.id/?24185/panggayo-ke-koon-maluku

Leawana (Lembaga Adat Wanu Atalo’a) yang didirikan oleh Raja Petuanan Kataloka kembali akan menggelar FESTIVAL KATALOKA. Petuanan Kataloka memiliki kekuasaan adat atas Pulau Nukus, Grogos, Koon dan sebagian Pulau Gorom di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku.

FESTIVAL KATALOKA merupakan hajatan masyarakat di Petuanan Negeri Kataloka, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku, yang dipimpin oleh Raja Kataloka. Tahun ini, FESTIVAL KATALOKA yang telah memasuki pagelaran tahun ke-3 akan mengangkat tema “Pesona Wisata Budaya Seram Bagian Timur” yang diselenggarakan tersebar di beberapa wanu (kampung).

Tak sekadar mementaskan aneka tarian, FESTIVAL KATALOKA juga menampilkan pameran baju-baju adat, benda-benda yang bernilai sejarah di kerajaan, serta diskusi budaya tentang sejarah budaya yang dimiliki oleh masing-masing desa yang masuk ke dalam Petuanan Kataloka.

FESTIVAL KATALOKA akan digelar pada 2-5 Desember 2017.

Agenda FESTIVAL KATALOKA 2017:
  • Belang (Pawai Perahu Tradisional)
Belang merupakan perahu tradisional dari Maluku, yang biasanya dihias dengan bendera dan atribut warna-warni. Pawai perahu ini dilakukan untuk menyambut tamu-tamu yang menghadiri FESTIVAL KATALOKA.
  • Penetapan Ngam
Ngam atau di Maluku lebih dikenal dengan istilah Sasi merupakan skema perlindungan sumber daya alam yang berbasis kearifan lokal. Dalam FESTIVAL KATALOKA ini, Raja Kataloka akan kembali menetapkan Ngam di Perairan Pulau Koon yang merupakan salah satu lokasi pemijahan ikan kakap terbesar di Indonesia Timur untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan di Petuanan Kataloka. 
  • Pameran Budaya dan Lingkungan
Pameran Budaya dan Lingkungan akan menampilkan benda-benda antik koleksi Negeri Kataloka, foto kekayaan bawah laut dan perjalanan konservasi di Kataloka, foto kuno Kataloka, produksi dan kuliner khas dari Negeri Kataloka dan sekitarnya, pameran pembangunan dari dinas di SBT.
  • Pentas Seni dan Pawai Budaya Lokal
Malam kesenian akan menampilkan berbagai tarian dan kesenian lainnya dari Negeri-negeri di Goran Riun dan Esi Riun, serta pemberian penghargaan kepada seniman-seniwati yang pernah menjadi duta seni Kataloka mewakili Maluku serta menampilkan hiburan dari artis lokal.

Pawai budaya akan dilaksanakan di darat dan laut dengan rute ketika Raja Jou Bessy bersama Sultan Nuku berperang melawan Belanda di Negeri Kataloka. Sebanyak lebih kurang 1.000 orang akan terlibat dalam pawai budaya. Seluruh peserta pawai budaya mengenakan baju adat Goran Riun.
  • Diskusi Budaya
Tema diskusi budaya adalah “Peran Adat di Era Globalisasi”. Keynote speech: Bapak Hilmar Farid ( Dirjen Kebudayaan RI)*

Gorom, Adat istiadat, lintas sejarah dan Petuanan:
  • Prof. Dr. Mus Huliselan
  • Prof. Dr. Tony Pariela
  • Raja Kataloka
  • WWF-Indonesia 
*masih menunggu konfirmasi
  • Tarian tradisional
Tarian tradisional pada FESTIVAL KATALOKA adalah Tari Bongkorey, Tari Perang, Tari Sawat, Tari Silat Jala, dan juga tari kolosal yang akan ditampilan pada acara pembukaan. Acara pembukaan diawali dengan prosesi pengibaran panji-panji kebesaran kerajaan Kataloka dan rencananya akan dibuka oleh Bapak Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI.
  • Aneka Lomba
Ada beberapa lomba yang akan diadakan pada FESTIVAL KATALOKA yaitu :
  • Tari sawat
  • Menyanyi lagu Gorom
  • Menggambar dan mewarnai dengan tema “Lautku”
  • Paduan suara ibu-ibu menyanyi lagu gorom
  • Pemilihan Ilar Ilwouw (putera-puteri) Kataloka 
  • Hanga Riribun
Hanga Riribun merupakan acara makan bersama seluruh masyarakat, Raja, dan juga semua tamu-tamu yang hadir pada Festival Kataloka. Makanan yang disajikan pada Hanga Riribun ini merupakan makanan tradisional yang sudah ada sejak dulu.

Penyelenggara
Leawana (Lembaga Adat Wanu Ata Lo’a) Negeri Kataloka bersama Bappeda Kabupaten Seram Bagian Timur, Kecamatan Pulau Gorom, dan WWF-Indonesia

sumber : /www.wwf.or.id

Obyek wisata yang ada di Kabupaten Seram Bagian Timur adalah : 
- Tari Lenso 
Tarian ini merupakan tarian masyarakat di Kepulauan Maluku pada umumnya. Salah satu nya, dari Kecamatan Werinama Kabupaten Seram Bagian Timur. Tari Lenso biasanya dilaksanakan pada saat prosesi pelantikan raja-raja. 
- Tari Wali-Wali Wosa 
- Tari Kabata
Dilaksanakan pada saat prosesi perkawinan anak anak raja sebagai bentuk penghormatan.
- Tari Tata Kora 
ari ini berasal dari Desa Dai, Kecamatan Pulau Gorom. Tari Tata Kora mempunyai ikatan emosional dengan Kepulauan Kei, merupakan asal mula sejarah perjalanan hubungan pela dengan Kabupaen Seram Bagian Timur. Para pemuda-pemudi sering membawakan tarian ini untuk mengingat kejadian masa lampau dan menggambarkan peristiwa atau kejadian kejadian yang terjadi.(Red/Humas Setda SBT) 
- Tari Sawat / Tarian Pergaulan 
Tari yang dilakukan untuk menghormati atau menyambut tamu pada saat acara acara adat, pelantikan raja dan bahkan dipentaskan pada acara acara lokal atau daerah setempat. Tari ini pun biasanya dipertunjukkan dengan iringan Tipa Sawat dan Seruling dan bernuansa.
sumber : http://infotimurseram.blogspot.com/2016/01/wista-budaya-di-sbt.html

Bula SBT - Indonesia yang terdiri dari berbagai macam kepulauan, ternyata memiliki segudang keindahan wisata pantai yang tak jauh berbeda dengan “Maldives” yaitu terletak di Keabupaten Seram Bagian Timur, dengan berbagai macam tempat destinasi wisata dan yang membuat terpukau adalah tempat wisata pantai yang memiliki pasir putih, pantai yang biru dan jernih, wow pastinya dapat menghilangkan rasa penat setelah sibuk dengan hiruk pikuk keseharian dan tidak perlu jauh-jauh ke luar negri lagi ya sob, yuk simak berbagai keindahan wisata di indonesia bagian timur ini.
1. Gumumae Beach
Gumumae adalah bahasa setempat, yang dalam bahasa Indonesia berarti ”Mari Berkumpul”, untuk mengunjungi tempat ini tidak butuh biaya besar, menikmati liburan akhir pekan di pantai yang berjarak lebih kurang 3 kilometer dari Kota Bula.
Suasana pantai terasa asri, kiri kanan jalan terdapat pohon cemara, diterpa embusan angin sepoi-sepoi yang mengundang rasa kantuk. Pantai Gumumai atau gumumae Beach. Pantai yang memiliki luas sekitar 30 hektar dan ditumbuhi lebih dari 2.000 pohon cemara, kini menjadi wisata pantai favorit masyarakat setempat.
Pantai Gumumai terletak di kawasan Teluk Sesar, sehingga perairan terasa teduh. Setiap tahun diselenggarakan lomba dayung, yang oleh masyarakat setempat disebut arumbai manggurebe. Jangan bilang, kalau belum pernah berkunjung kepantai gumumae.
2. Wisata Pulau Geser
Pulau Geser merupakan pulau yang sejak zaman dahulu di jadikan sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, di kelilingi laut yang jernih dan eksotis dengan pasir putih yang terhampar luas.
Pulau ini terletak di sebelah timur Kota Bula SBT di kelilingi laut dan pulau-pulau kecil yang menyejukkan mata, pulau geser ini juga di sebut-sebut singapura kecil dan maldivesnya indonesia.
Sangat cocok untuk hiburan Anda sekeluarga selain memiliki lingkungan alam yang asri, di kawasan laut sekitar pulau ini juga memiliki potensi bawah laut yang eksotik. Melalui aktifitas snorkling dan diving, wisatawan akan menikmati semua pesona alam bawah laut itu.
3. Wisata ke Tanjung Sesar
Wisatawan yang sedang menikmati keindahan Pantai Englas, dapat mengarahkan pandangan ke sebelah barat, di sana tampak terbentang Tanjung Sesar dengan segala pesonanya.
Wisatawan domestik yang berkunjung ke sini biasanya menikmati ikan bakar hasil tangkapan sendiri dengan jaring yang disewa dari penduduk setempat.
Situasi dan kondisi alam yang asri, pohon pohon kelapa dan kasuaria yang tumbuh sepanjang pantai, dipastikan memberikan kesan yang damai dan tenang. Waktu tempuh dari Pantai Englas ke Tanjung Sesar + 15 menit.
4. Wisata ke Pulau Koon
Pulau ini berada di tengah lautan, perjalanan dari kota kecamatan Seram Timur, Geser, ke Pulau Kon + 2 jam menggunakan kapal motor. Selain memiliki lingkungan alam yang asri, di kawasan laut sekitar pulau ini juga memiliki potensi bawah laut yang eksotik.
Melalui aktifitas snorkling dan diving, wisatawan akan menikmati semua pesona alam bawah laut itu, sama dengan pesona yang ditemukan dalam pengalaman wisata di Pulau Karang Bais di Bula, maupun Danau Sole di Amasekaru.
5. Wisata ke Pantai Englas
Pantai Englas`terletak di sebelah Barat Kota Minyak Bula, oleh masyarakat di kecamatan ini, Pantai Englas dikenal sebagai pantai yang indah, berpasir putih dengan air lautnya yang jernih serta pemandangan alamnya yang eksotik.
Saat ini objek wisata Pantai Englas kerap digunakan sebagai tempat rekreasi, renang dan memancing. Bagi wisatawan yang sudah tiba di Kota Ambon, Pantai Englas bisa menjadi salah satu agenda tujuan wisata.
Menumpangi kapal Pelni Pangrango dengan biaya tiket Rp.150.000.- wisatawan sudah tiba di Kota Bula. Lama perjalanan dengan kapal ini 2 hari.
Wisatawan selanjutnya dapat memilih menginap untuk sementara di beberapa penginapan murah di Bula baru kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk menuju ke pantai ini. Menggunakan mobil sewaan atau motor, wisatawan tiba di Pantai Englas hanya dalam trempo 15 menit.
6. Wisata ke Pulau Karang Bais
Aktifitas wisata di Kota Minyak Bula mencapai klimaksnya manakala wisatawan mengunjungi Pulau Karang Bais. Pulau ini oleh masyarakat Bula disebut sebagai pulau sejuta pesona. Pulau tanpa pohon dan penghuni.
Pesonanya terletak pada keindahan potensi bawah lautnya, mulai dari hamparan beragam bentuk terumbu karang, ratusan jenis ikan berbagai bentuk, ukuran dan warna. Pulau Karang Bais, dapat dijangkau dengan menggunakan Speed Boat dari pantai Bula hanya dalam tempo 30 menit. – Danau Sole Danau Sole berada di Desa Amarsekaru, Kecamatan Pulau Gorom. Objek wisata Danau Sole ini sesungguhnya sudah dikenal di seluruh dunia.
Wisatawan mancanegara sangat sering berkunjung ke danau air laut ini melalui perjalanan panjang dari negara mereka menggunakan kapal pesiar.
Sumber: 
http://www.serambagiantimurkab.go.id/berita-ini-dia-6-destinasi-wisata-di-seram-bagian-timur.html

alistarbot

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget