Latest Post

Seram Timur,- Menyusuri perairan Seram Timur di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Provinsi Maluku bagi seorang pencinta alam, tentu merupakan sebuah petualangan yang mengasyikkan,  Meski perairannya sering bergelombang pada musim-musim tertentu, namun eksistensi pulau-pulau kecil yang unik, selalu menggoda mata mata untuk tidak membuang pandangan.
Pulau-pulau  kecil yang sebagian diantaranya tidak berpenghuni,  berdiri tegar seolah tak terusik dengan deru gelombang yang kuat menyapu pada musim-musim tertentu. Salah satu pulau eksotis yang kaya akan hasil laut namun dijejali dengan pemukiman penduduk adalah Pulau Geser. Saking padatnya, pulau atol berbentuk piring ini sering dijuluki Singapura Kecil di kaki pulau Seram.
Sebagai kota tua yang puluhan tahun menjadi jantung perdagangan di semenanjung timur Pulau Seram, Geser menyimpan banyak cerita.  Meskipun lalu lintas orang di lorong-lorong dan gang-gang saat ini tidak lagi seramai 15 tahun lalu sebelum Kabupaten SBT terbentuk, namun nama besar Geser  tetap menjadi magnet bagi para pelancong atau petualang yang melakukan pelayaran di perairan seram timur.
Cerita tentang keelokan Pulau Geser sudah lama terdokumentasi. Ada cerita tentang keramat-keramat yang menjaga dan melindungi pulau terapung dari gelombang pasang, ada juga cerita tentang kenangan masa sekolah yang indah, di mana anak-anak sekolah berlarian ke laut, menceburkan diri usai jam belajar.  Banyak juga cerita tentang pasir putih halus yang memamerkan keelokan surga wisata bahari tropis yang menggiurkan.
Seperti dituturkan Saif Rumata, warga lokal yang menghabiskan masa kecilnya di pulau terapung Geser. Meski saat ini keluarganya tidak lagi menetap di pulau atol, nyanyian nyiur melambai di tepi pantai berpasir putih halus selalu menggodanya untuk pulang kampung setiap datang Hari Raya Idul Fitri. Apalagi saat ini, di belakang pulau Geser yang di sebut Bas Buru yang dulunya terbenam, kini telah berubah menjadi padang pasir pasir putih seluas mata memandang.
“Waktu saya masih kecil, Bas Buru hanya muncul pada saat air laut surut, itu pun hanya sedikit, di sini banyak sekali ikan-ikan karang, sehingga sering dijadikan sebagai tempat memancing. Dulu kita  melihat karang-karang putih menyembul bagai  gunung dalam lautan karena airnya sangat jernih. Sekarang karang-karang itu sudah muncul  ke permukaan dan membentuk pulau, tapi air laut di situ masih jernih seperti dulu,” ungkap Saif Rumata.
Meskipun kecil, pulau-pulau yang sebagian diantaranya tidak berpenghuni, menyimpan sumber daya perairan yang menjanjikan kesejahteraan. Ya, Kota terapung Geser memang menyimpan banyak rahasia alam  yang belum tergali.
Potensi ini diperkaya dengan keramahtamahan penduduk lokal yang terbuka terhadap semua orang. Sebutan Singapura kecil di Laut Seram memang dianggap pas untuk Pulau Geser karena hampir tidak lagi ditemukan satu jengkal tanah pun yang tidak terisi pemukiman.
Saat ini,  di Kota Geser sudah dapat disinggahi kapal Pelni. Banyak sekolah yang dibangun di sana, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah tinggi. Di sana sudah ada  Puskesmas Perawatan yang dilengkapi dengan tenaga dokter dan petugas kesehatan.
Dan sebagai kota tua yang menjadi kiblat masyarakat Seram Timur di era 70-an, Geser telah dilengkapi dengan kantor unit metereologi dan geofisika, serta kantor-kantor pemerintahan lain. Banyak warga keturunan Tionghoa yang menetap, berkeluarga dan mengembangkan perekonomian di pulau matahari terbit.
Menurut sejarah,  pada dekade 1960-an, Geser pernah menjadi daerah transit logistik bagi pasukan TNI  merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Dari berbagai catatan yang terdokumentasi terungkap, di Pulau Geser terdapat dua suku budaya yang begitu terkenal, yakni suku Esiriun dan Siritaun. Kedua suku ini, selama tujuh abad selalu hidup berdampingan,  meski keduanya memiliki wilayah kekuasaan masing-masing.
Suku Esiriun sepanjang sejarahnya di Pulau Geser menguasai wilayah daratan, sehingga mahir bercocok tanam, berdagang, dan memiliki warisan rempah-rempah seperti cengkeh. Sedangkan suku Siritaun, menurut catatan, mereka lebih menguasai lautan, mahir melaut,  melestarikan terumbu karang, sampai ikut menjaga satwa bawah laut Geser.
Kedua suku ini memiliki bahasa yang sama yaitu Pakunu, namun berbeda dalam baju adat dan lambang kekuasaan. Siritaun dikenal dengan ikan khasnya yaitu Kubutangi. Ikan ini  dipercaya tidak berada di wilayah lain kecuali di perarian Geser dan menjadi santapan utama mereka. Meski begitu, dengan bekal hidup berdampingan selama tujuh abad,  suku Esiriun dan  Siritaun  saling mengenal dan berbagi dalam hal-hal positif.
Kedua suku ini juga terbuka dengan dunia luar dan menerima perkembangan zaman secara dinamis. Interaksi kedua suku ini dengan kaum pendatang juga  intens. Pola hidup dengan interaksi dinamis ini lah yang membuat Geser memiliki daya pikat bagi para pelancong yang datang berkunjung.
Ada banyak sensasi yang bisa  dinikmati di pulau eksotis Geser. Selain Bas Geser,  hampir semua pesisir di pulau kecil yang jika dilihat dari ketenggian berbentuk huruf G ini, memiliki daya tarik wisata. Profil terumbu karangnya yang  sebagiannya masih lestari, merupakan habitat terbaik bagi ikan-ikan karang.
Jadi, tunggu apa lagi. Ayo, bergegaskah ke pulau terapung Geser di perairan Seram Timur dan rasakan dahsyatnya memanggang kulit di bawah terik matahari Bas Buru sambil memancing ikan atau menyelami alam bawah lautnya yang indah mempesona.
Untuk  ke Pulau Geser, anda harus mampir di Kota Ambon. Dari Pelabuhan Slamet Riyadi Kota Ambon, anda bisa memilih angkutan kapal cepat  dengan tarif 200-an ribu dan lama perjalanan 18 jam. Anda juga bisa menggunakan jasa penerbangan udara ke Bandara Kufar sebelum beralih ke angkutan laut. (AL/WDA)
sumber :
http://dprd-serambagiantimur.go.id/wisata-unggulan/sensasi-bahari-di-pulau-eksotis-geser

Bula, - Walaupun dikenal sebagai kota minyak, Bula yang terletak di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Maluku punya pantai yang eksotis. Potensi wisata alamnya tak kalah dengan daerah dan pantai-pantai lain di Maluku.

Bula adalah kota yang terletak di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Maluku. Mungkin belum banyak yang tahu kota ini, atau bahkan mendengar namanya. Kota ini memang masih terbilang muda, umurnya baru 9 tahun.

Bula lebih dikenal sebagai daerah penghasil minyak. Namun sama halnya dengan daerah-daerah lain di Maluku, Bula juga punya tempat-tempat indah dan eksotis. Potensi wisata alamnya juga tidak kalah dengan wilayah-wilayah lain di Maluku.

Hanya saja, wisata alam di Bula belum sepenuhnya dikembangkan. Banyak pantai yang indah dan pulau kecil maupun besaryang tak berpenghuni. Mulai dari Pantai Engglas, Tanjung Sesar dan Pulau Karang Bais.

Karang Bais adalah pulau yang unik. Pulau ini adalah pulau kosong tanpa pohon dan penghuni. Jika air pasang, pulau ini tak akan terlihat karena tertutup air laut. Jadi, wisatawan harus menunggu air surut agar bisa berdiri di atas pulau itu.

Air yang jernih dan keindahan bawah lautnya membuat saya berdecak kagum. Untuk menuju pulau ini menggunakan speed boat, hanya dibutuhkan waktu 30 menit dari Pantai Bula. Indah!

sumber :
http://wisatagumumae.blogspot.com/2017/11/bula-sbt-kota-minyak-dengan-pantai.html

Bula SBT - Indonesia yang terdiri dari berbagai macam kepulauan, ternyata memiliki segudang keindahan wisata pantai yang tak jauh berbeda dengan “Maldives” yaitu terletak di Keabupaten Seram Bagian Timur, dengan berbagai macam tempat destinasi wisata dan yang membuat terpukau adalah tempat wisata pantai yang memiliki pasir putih, pantai yang biru dan jernih, wow pastinya dapat menghilangkan rasa penat setelah sibuk dengan hiruk pikuk keseharian dan tidak perlu jauh-jauh ke luar negri lagi ya sob, yuk simak berbagai keindahan wisata di indonesia bagian timur ini.
1. Gumumae Beach
Gumumae adalah bahasa setempat, yang dalam bahasa Indonesia berarti ”Mari Berkumpul”, untuk mengunjungi tempat ini tidak butuh biaya besar, menikmati liburan akhir pekan di pantai yang berjarak lebih kurang 3 kilometer dari Kota Bula.
Suasana pantai terasa asri, kiri kanan jalan terdapat pohon cemara, diterpa embusan angin sepoi-sepoi yang mengundang rasa kantuk. Pantai Gumumai atau gumumae Beach. Pantai yang memiliki luas sekitar 30 hektar dan ditumbuhi lebih dari 2.000 pohon cemara, kini menjadi wisata pantai favorit masyarakat setempat.
Pantai Gumumai terletak di kawasan Teluk Sesar, sehingga perairan terasa teduh. Setiap tahun diselenggarakan lomba dayung, yang oleh masyarakat setempat disebut arumbai manggurebe. Jangan bilang, kalau belum pernah berkunjung kepantai gumumae.
2. Wisata Pulau Geser
Pulau Geser merupakan pulau yang sejak zaman dahulu di jadikan sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, di kelilingi laut yang jernih dan eksotis dengan pasir putih yang terhampar luas.
Pulau ini terletak di sebelah timur Kota Bula SBT di kelilingi laut dan pulau-pulau kecil yang menyejukkan mata, pulau geser ini juga di sebut-sebut singapura kecil dan maldivesnya indonesia.
Sangat cocok untuk hiburan Anda sekeluarga selain memiliki lingkungan alam yang asri, di kawasan laut sekitar pulau ini juga memiliki potensi bawah laut yang eksotik. Melalui aktifitas snorkling dan diving, wisatawan akan menikmati semua pesona alam bawah laut itu.
3. Wisata ke Tanjung Sesar
Wisatawan yang sedang menikmati keindahan Pantai Englas, dapat mengarahkan pandangan ke sebelah barat, di sana tampak terbentang Tanjung Sesar dengan segala pesonanya.
Wisatawan domestik yang berkunjung ke sini biasanya menikmati ikan bakar hasil tangkapan sendiri dengan jaring yang disewa dari penduduk setempat.
Situasi dan kondisi alam yang asri, pohon pohon kelapa dan kasuaria yang tumbuh sepanjang pantai, dipastikan memberikan kesan yang damai dan tenang. Waktu tempuh dari Pantai Englas ke Tanjung Sesar + 15 menit.
4. Wisata ke Pulau Koon
Pulau ini berada di tengah lautan, perjalanan dari kota kecamatan Seram Timur, Geser, ke Pulau Kon + 2 jam menggunakan kapal motor. Selain memiliki lingkungan alam yang asri, di kawasan laut sekitar pulau ini juga memiliki potensi bawah laut yang eksotik.
Melalui aktifitas snorkling dan diving, wisatawan akan menikmati semua pesona alam bawah laut itu, sama dengan pesona yang ditemukan dalam pengalaman wisata di Pulau Karang Bais di Bula, maupun Danau Sole di Amasekaru.
5. Wisata ke Pantai Englas
Pantai Englas`terletak di sebelah Barat Kota Minyak Bula, oleh masyarakat di kecamatan ini, Pantai Englas dikenal sebagai pantai yang indah, berpasir putih dengan air lautnya yang jernih serta pemandangan alamnya yang eksotik.
Saat ini objek wisata Pantai Englas kerap digunakan sebagai tempat rekreasi, renang dan memancing. Bagi wisatawan yang sudah tiba di Kota Ambon, Pantai Englas bisa menjadi salah satu agenda tujuan wisata.
Menumpangi kapal Pelni Pangrango dengan biaya tiket Rp.150.000.- wisatawan sudah tiba di Kota Bula. Lama perjalanan dengan kapal ini 2 hari.
Wisatawan selanjutnya dapat memilih menginap untuk sementara di beberapa penginapan murah di Bula baru kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk menuju ke pantai ini. Menggunakan mobil sewaan atau motor, wisatawan tiba di Pantai Englas hanya dalam trempo 15 menit.
6. Wisata ke Pulau Karang Bais
Aktifitas wisata di Kota Minyak Bula mencapai klimaksnya manakala wisatawan mengunjungi Pulau Karang Bais. Pulau ini oleh masyarakat Bula disebut sebagai pulau sejuta pesona. Pulau tanpa pohon dan penghuni.
Pesonanya terletak pada keindahan potensi bawah lautnya, mulai dari hamparan beragam bentuk terumbu karang, ratusan jenis ikan berbagai bentuk, ukuran dan warna. Pulau Karang Bais, dapat dijangkau dengan menggunakan Speed Boat dari pantai Bula hanya dalam tempo 30 menit. – Danau Sole Danau Sole berada di Desa Amarsekaru, Kecamatan Pulau Gorom. Objek wisata Danau Sole ini sesungguhnya sudah dikenal di seluruh dunia.
Wisatawan mancanegara sangat sering berkunjung ke danau air laut ini melalui perjalanan panjang dari negara mereka menggunakan kapal pesiar.
Sumber: 
http://www.serambagiantimurkab.go.id/berita-ini-dia-6-destinasi-wisata-di-seram-bagian-timur.html

KBRN, Bula: Melepaskan kepenatan di pantai sambil menghirup aroma angin laut yang segar, pastinya merupakan sesuatu hal yang menyenangkan. Berjemur di pasir putih, berenang sambil menyelami keindahan surga bawah laut, bagi kebanyakan orang tentunya merupakan sensasi wisata yang menarik. Salah satu objek wisata bahari yang menawarkan sensasi seperti itu adalah Pulau Akat di Kecamatan Tutuktolu Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Provinsi Maluku. Pulau Akat adalah satu-satunya pulau kecil yang menyembul di perairan Tutuktolu, tak jauh dari wilayah pesisir. Kendati tidak dihuni, pulau kecil seluas tiga kali lapangan sepakbola ini didominasi tanaman kelapa yang ditanam masyarakat pesisir. Pulau yang berhadapan dengan pelabuhan alam peninggalan Belanda yang dialihfungsikan menjadi dermaga ini, menjadi tempat persinggahan nelayan sepulang dari melaut.

 Bagi masyarakat Tutuktolu, Pulau Akat adalah pulau harapan. Pulau ini diberi nama Akat karena disuksesi oleh populasi tanaman mangrove jenis Avecinia sp yang akarnya mencuat dari lumpur pasir. Karena dihuni komunitas hutan mangroveyang padat dan rapat, sumber daya ikan yang terdapat di sekitar perairan ini sangat berlimpah dan beragam. Pasirnya yang berwarna putih halus, menyajikan panorama wisata bahari yang mempesona. Azis Alzubaidy adalah warga Kampung Danama yang kepincut dengan keindahan Pulau Akat. Kendati saat ini, aktivitasnya lebih banyak dihabiskan di luar daerah, kerinduannya terhadap panorama alam yang tersaji di pulau matahari terbit ini tak pernah dilupakan. Dulu waktu masih duduk di bangku SMP, Azis Alzubaidy memang sering diajak sang paman menjaring ikan di sekitar perairan Pulau Akat sehingga kerinduannya terhadap pulau tersebut takan pernah tergantikan. Menurut Azis, Pulau Akat memiliki keindahan alam yang indah. Profil pantainya yang berpasir putih halus dan dikelilingi terumbu karang indah, sangat cocok untuk kegiatan snorkeling maupun diving. Di pulau ini terdapat banyak pepohonan kelapa yang ditanam masyarakat, termasuk Pala. Populasi tanaman mangrove jenis Aveccinia terkonsentrasi di bagian pesisir yang menghadap laut lepas. “Pulau Akat juga memiliki keindahan bawah laut yang masih alami. Terumbu karangnya masih utuh sehingga cocok untuk aktivitas diving, snorkeling atau memancing ikan-ikan karang. Di sini kita bisa menikmati keindahan matahari terbit yang muncul dari kaki langit,” ungkap Azis Alzubaidy kepada RRI di Bula, Rabu (9/11/2016). Menurutnya, berdasarkan cerita orang tetua, pulau kecil ini disebut Pulau Akat karena pulau tersebut disuksesi populasi tanaman mangrove yang dalam bahasa tanah atau bahasa adat Seram Timur disebut Akat. Jenis tanaman pantai ini, umum ditemukan dalam jumlah besar di wilayah pesisir Tutuktolu. “Sejak dulu masyarakat di kampung-kampung pesisir Tutuktolu telah melakukan aktivitas berkebun di pulau itu. Kampung-kampung itu antara lain, Kilbat, Sesar, Air Kasar dan Waras Waras.

 Selain berkebun, para nelayan setiap hari melakukan aktivitas pancing di sana karena menurut mereka sumber daya ikan di perairan sekitar Pulau Akat sangat banyak dan beragam,” ujar Azis. Saat ini, kata Azis, beberapa sarana prasarana wisata sudah dibangun di Pulau Akat, diantaranya walang atau gazebo dan jembatan kayu berukuran kecil. Sarana prasarana ini dibangun oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Seram Bagian Timur.Meski demikian, minta masyarakat untuk datang berkunjung ke pulau ini masih sedikit akibat ketiadaan sarana transportasi. Menurut Azis Alzubaidy, potensi perikanan dan pariwisata di Kabupaten Seram Bagian Timur sangat menjanjikan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Sayangnya, potensi ini belum dilirik pemerintah daerah sebagai sektor unggulan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Alih-alih membangun infrastruktur wisata, pemerintah daerah justru terkesan menelantarkan objek-objek wisata yang tersebar di hampir semua wilayah pesisir. “Kita memiliki tempat-tempat indah yang banyak, beragam spesies ikan yang melimpah. Namun hingga saat ini tidak dapatdikelola dengan baik. Jika saja pemerintah daerah dan dinas terkait serius untuk mengeksplorasi danmengeksploitasisumber kekayaan yang kita miliki maka negeri ini akan jauh lebih baik dan mampu berdiri sejajar dengan daerah-daerahlainnya di Maluku,” ujar Azis Wisata mangrove Pulau Akat di Kecamatan Tutuktolu sejatinya harus proyeksikan sebagai pintu masuk menuju objek wisata pulau-pulau kecil yang berserakan di perairan Seram Timur, Gorom dan Wakate.

 Posisinya yang berdekatan dengan BandarUdara Buak Uriti Kufar dan Dermaga Air Kasar, sangat potensial untuk dijadikan sebagai daerah transit turis menuju Pulau Geser, Neiden, Nukus, Koon dan Gorom – Wakate. Tinggal sekarang menunggu itikad baik pemerintah daerah membangun infrasruktur wisata atau membiarkannnya terlantar tanpa sentuhan apa pun. Yang pasti, wisata mangrove Pulau Akat dan pulau-pulau kecil di semenanjung Seram Timur menyajikan eko turisme yang berbeda dan menyegarkan sehingga patut dikunjungi. (AL/AKS) Sumber : rri.co.id, wisata gumumae

Media Sosial menurunkan kecerdasan. Selain itu, media sosial juga bisa membuat seseorang kesepian dan memunculkan pemikiran negatif terhadap sesama pengguna medsos.

Studi: Media Sosial Menurunkan Kecerdasan
Dilansir dari Mindbodygreen, sebuah penelitain yang diterbitkan dalam Social Science Computer Review menemukan bahwa kebiasaan menghabiskan waktu di media sosial sebenarnya bisa mengacaukan kemampuan kita dalam berpikir rasional.

Penelitian yang dilakukan di University Buffalo melakukan eksperimen interaksi sosial secara langsung dan tidak langsung (dunia maya) dan menunjukkan bahwa mereka yang hanya berinteraksi lewat dunia maya memiliki pemikiran negatif lebih besar terhadap orang yang dilihatnya dari media sosial, dibanding yang bertemu dan berinteraksi langsung.

Hal ini secara alami juga menurunkan tingkat kecerdasan seseorang karena menurut peneliti, membentuk hubungan dan menjadi anggota kelompok adalah dua motivasi mendasar perilaku manusia, sehingga sebagian besar dari kita mencurahkan banyak energi kita untuk menyesuaikan diri.

Ketika kita merasa ditinggalkan, diabaikan atau tidak masuk dalam golongan, maka perasaan negatif akan meningkat dan menahan pikiran untuk berpikir cerdas dan bebas. Bukan hanya itu, tingkat stres juga meningkat karena merasa kesepian.

Sumber

Media Mainstream Masih Sumber Kebenaran, Bukan Media Sosial
Kehadiran buzzer politik di sosial media tidak terlalu memengaruhi pemilih dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Menurut peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad, posisi buzzer masih kalah dengan media mainstream.

"Menurutku media mainstream sangat berperan. Televisi, koran, radio, media mainstrem internet yang dipercaya, dibanding Twitter, Instagram," kata Saidiman saat diskusi bertajuk 'Buzzer politik di media sosial, efektifkah?' di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (12/10/2010).

Ia mengatakan, jumlah pengguna media sosial khususnya Twitter di Jakarta sebagai ibu kota negara hanya 5 persen. Sehingga tidak memberikan dampak yang terlalu besar kepada publik.

"Alat ukurnya media mainstream, kalau ada isu yang hanya di medsos tidak ada di mainstream orang kan enggak baca. Jadi media mainstream masih jadi sumber kebenaran buat kita bukan medsos," tambahnya.

Saidiman menyarankan agar calon presiden maupun tim pemenangannya harus langsung mengkarifikasi apabila menemukan info megatif dari buzzer.

"Caranya menurut saya sudah oke yah sekarang, bahkan pemain medsos kalau ada berita mereka cepat-cepat cari pembandingnya, apakah ini benar atau tidak. Salah satu sumbernya media mainstream. Mereka nyari apakah hoaks atau tidak, dan sekarang sudah muncul kesadaran itu. Dan saya kira lama-lama itu akan terus terjadi," terangnya.

Untuk isu yang sangat memengaruhi publik sendiri tambahnya, adalah isu yang berhubungan langsung dengan masyarakat seperti halnya ekonomi.

"Misalnya kenaikan BBM itu besar pengaruhnya, kalau buzzer politik yah tentu masih perdebatan yah, apakah medsos jadi sumber kebenaran publik atau tidak itu perdebatan juga," tuturnya. (Okezone).*

3.500 Hoaks Beredar di Media Sosial Tiap Hari
Sebanyak 3.500 berita bohong (hoaks) beredar di media sosial setiap hari. Demikian dikemukakan Karo Multimedia Divisi Humas Polri Brigjen Pol Budi Setiawan.

"Bahkan sehari bisa ribuan karena data yang krusial 3.500, ini cukup masif," kata Budi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (22/9/2018).

Dia menilai, maraknya penyebaran berita hoaks didorong keinginan sebagian masyarakat yang ingin eksis, yakni dengan menyebarkan secepatnya. Padahal yang bersangkutan tidak mempelajari terlebih dahulu kebenaran informasi yang ia sebarkan.

Budi menyatakan, Polri tidak akan membiarkan hal tersebut terus terjadi. Kata dia, polisi akan memberikan sosialisasi kepada masyarakat.

"Itu kita sejukan, kita berikan suatu penjelasan supaya memahami, bahwa itu bukan (yang benar)," ucapnya.

Sementara itu, Direktur eksekutif Perludem, Titi Anggraini menyatakan berita fitnah atau hoaks dapat menganggu kedaulatan rakyat. Dia menyatakan kedaulatan itu dapat diwujudkan bila pemilih bisa memilih.

"Prinsip bebas memilih itu tidak bisa dilakukan apabila didasari pada berita bohong. Originalitas itu harus diikuti oleh penerimaan informasi yang benar," ucap dia.

Menurut Titi, berita hoaks sangat membahayakan. Pemilu terancam kehilangan legitimasi.

"Menurut saya tidak legitimate sebuah Pemilu kaku pemilih nya mendasari diri pada informasi yang tidak jujur," jelas Titi. (Liputan6.com).*

Dewan Pers Peringatkan Media Online Tak Berbadan Hukum
Dewan Pers meminta media-media online di Indonesia agar jangan abaikan pengurusan badan hukum.

Dewan Pers telah membentuk satuan tugas (satgas) untuk mengawasi semua media online yang ada di Indonesia.

Hal ini disampaikan Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo, pada acara Literasi Digital, Rabu (29/8/2018).

"Tentu kami dari Dewan Pers memberi kesempatan kepada semua media online yang belum kantongi badan hukum agar kembali ke jalan yang benar dengan mengurus badan hukum," kata Prasetyo.

Dijelaskan, satgas melakukan tugas mengawasi media online sesuai dengan undang-undang.
Lebih lanjut dikatakan, saat ini ada sekitar 300-an media online yang dilaporkan ke Dewan Pers agar media yang bersangkutan segera diblokir.

"Sedangkan ada sekitar 200-an media juga yang sedang dilaporkan ke Polri. Karena itu, dengan satgas ini, kita bisa lebih mengawasi lagi perkembangan media online di Indonesia," katanya.

Dikatakan, dengan maraknya perkembangan media online saat ini, maka Dewan Pers juga menunggu apabila ada pengaduan dari masyarakat, maka media yang bersangkutan langsung diproses secara hukum, baik dengan UU Pers dan juga KUHP.

"Kalau seperti pemerasan dengan berkedok menggunakan media, maka kita ajukan ke ranah pidana menggunakan KUHP, bukan UU Pers," katanya.

Dia mengakui, saat ini juga banyak media yang bermunculan untuk mencari keuntungan pribadi dan kelompok tertentu. Bahkan, ada yang menggunakan media untuk memeras. (Sumber)

GAMBAR Icon Menu Mobile DetikStyle Hilang, Ini Cara Mengatasinya:

Icon Menu Mobile DetikStyle Hilang, Ini Cara Mengatasinya

1. Tema > Edit HTML
2. Cari dan GANTI kode:

#menu1 input:after,#menu1 label:after{content:"";background:url(//1.bp.blogspot.com/-P2RRijDirXA/U8ftwSomm6I/AAAAAAAAEbo/tLU4c5dk2K4/s1600/nav-icon.png) no-repeat;width:30px;height:30px;display:inline-block;position:absolute;right:15px;top:17px}

DENGAN:

#menu1 input:after,#menu1 label:after{content: "\f03a";font-family: FontAwesome;font-style: normal;font-weight: normal;text-decoration: none;font-size: 20px;color: #fff;display: inline-block;position: absolute;right: 0;top: 20%;margin-right:18px;line-height: 30px;}

3. Save!

Alasan Orang Sunda Tidak Bisa Melafalkan Huruf F (Ef)
Alasan Orang Sunda Tidak Bisa Melafalkan Huruf F (Ef)
Orang Sunda memiliki ciri khas yang mudah dikenali, salah satunya termasuk pelafalan huruf F (ef). 

Orang Sunda terkenal sulit mengucapkan huruf F, sehingga yang terdengar malah menjadi P. Misalnya, mengucapkan Facebook (fesbuk) menjadi Pacebook (pesbook).

Menurut Guru Besar Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran (Unpad), Prof. Cece Sobarna, fonologi Sunda tidak mengenal bunyi F dan V.

Fonologi adalah ilmu tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi alat ucap manusia. "Produksi bahasa Sunda memang tidak ada bunyi-bunyi seperti F dan V," jelasnya.

Namun, Cece menegaskan, tidak semua orang Sunda seperti itu. "Kita harus lihat dulu, mereka berada di wilayah mana. Apakah pedesaan atau perkotaan," ujarnya dilansir Pikiran Rayat.

Menurutnya, mereka yang tinggal di perkotaan besar akan tercampur dengan bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Indonesia dan Inggris yang mengharuskan mereka menggunakan huruf F.

"Selain itu, mereka juga akan terpengaruhi dari lagu dan media sosial yang lebih cepat berkembang," kata Cece lebih lanjut.

Dalam hal ini, orang yang tinggal di pedesaan bukan tidak bisa melafalkan huruf F. Mereka hanya menyederhanakan pelafalan-pelafalan yang ada.

Demikian alasan kenapa orang Sunda menyebut huruf F dengan P.*

Registrasi Akun Medsos Gunakan KTP
Pemerintah sedang mengkaji rencana penggunaan KTP untuk meregistrasi media sosial. Hal ini diungkapkan Staf Ahli Menkominfo Bidang Hukum, Henri Subiakto.

"Itu masih dikaji, tetapi arahnya seperti itu (KTP digunakan untuk meregistrasi media sosial)," kata Henri usai talkshow bertajuk 'Keamanan Data Tanggungjawab Siapa?' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (10/3).

Henri mengatakan, jika semua akun media sosial memiliki identitas resmi berdasarkan data administrasi kependudukan, maka penyebaran hoaks bisa menurun. Semua pengguna media sosial juga nantinya harus bertanggung jawab atas kritikan yang disampaikan melalui akunnya.

"Semua harus bertanggung jawab. Begini, kita bebas berkomunikasi, berpendapat, mengkritik, tapi bawa identitas yang jelas dong," ucap dia.

"Jangan sampai media sosial jadi surat kaleng tapi digital, jangan sampai media sosial menjadi selebaran gelap tapi digital," sambungnya.

Kendati sudah mulai mengkaji rencana penggunaan KTP untuk akun media sosial, Henri belum bisa memastikan kebijakan ini bisa diterapkan. Menurutnya, butuh waktu cukup lama untuk menyesuaikan seluruh perangkat kebijakan dengan penyedia aplikasi media sosial.

"Kalau Anda tanya kapan? saya belum tau. Karena memang agak lama, harus bekerja sama dengan penyedia aplikasi. Mereka juga harus sesuai dengan peraturan kita," jelasnya.

Sebelumnya, PDI Perjuangan mengusulkan agar Nomor Induk Kependudukan (NIK) KTP digunakan untuk meregistrasi akun media sosial. Penggunaan NIK ini dinilai bisa meminimalisir ujaran kebencian dan penyebaran hoax di media sosial.

Wasekjen PDI Perjuangan Eriko Sotarduga menuturkan, jika semua media sosial teregistrasi menggunakan NIK KTP, maka pemilik akun tersebut bakal mempertimbangkan secara matang sebelum menyebarkan informasi bohong. Penggunaan NIK juga bisa menguji keberanian pemilik akun media sosial yang selama ini kerap menyebar ujaran kebencian. (merdeka.com).*


Bula SBT, - Dinas Pariwisata Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) bergotong royong (Goro) membersihkan dan mebenahi kawasan objek Wisata Pantai Gumume Beach sebagai wujud penataan dan pengembangan wisata. Kegiatan tersebut di pimpin langsung kepala dinas pariwisata Zainal Vanath, sekertaris dinas Ramli Keliobas bersama seluruh stafnya, kegiatan berlangsung sejak pagi hingga sore tadi Sabtu (10/2/) Kegiatan ini rutin Dinas Pariwisata dan sudah diagendakan pelaksanaan goro bersama di objek wisata di laksanakan selama 3 bulan sekali. Sasaran goro di objek wisata Gumumae Beach adalah membersihkan sampah, bekas-bekas plastik dan sisah makanan yang di buang tidak pada tempat sampah yg sudah tersedia, sampah-sampah begitu menumpuk di tempat objek wisata yg dibuang sembarangan oleh para pengunjung. Secara Lugas Zainal Vanath menyampaikan Dalam kegitan ini bertujuan agar keberadaan objek wisata Gumumae Beach bisa tetap bersih, asri dan terjaga dengan baik sehingga akan membuat kenyamanan bagi pengunjung, Mari kita sama-sama jaga kebersihan dan keutuhan fasilitas disini sweetie WC, kamar ganti, dan bangunan yang ada di sini seluruhnya. Semua bekerja, dan terlibat membersihkannya,” Orang nomor wahid di dinas pariwista tersebut mengaku, dirinya bersama seluruh pegawai dan staf di Dispar, siap memajukan pariwisata di kabupaten Seram Bagian Timur, Bagaimana kedepannya, agar seluruh objek wisata yang ada di sini bisa ditata dan terawat. Dengan begitu, para pengunjung yang datang akan merasa betah menikmati wisata. Tentunya, ini merupakan komitmen kita bersama yang dimulai dari Dispar untuk melakukan pembenahan seluruh objek wisata di daerah kita ini.(HN - AR) Sumber : hunimua news

alistarbot

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget